Dakwah Abdurahman di Sanggau

Belajar dari sejarah untuk mengambil pelajaran terbaik, adalah sikap yang bijaksana. Sejarah adalah torehan laku para pendahulu yang sarat akan pengalaman. Sedangkan pengalaman adalah guru yang terbaik, karenanya sejarah patut untuk diwariskan. Demikianlah Al Qur’an warisan para nabi banyak mewariskan kepada kita sejarah-sejarah para umat terdahulu. Sejarah para utusan Allah yang gigih mengemban risalah. Pun kini ada ahli waris para nabi yang meneruskan risalah itu. Sejarah pula berisi kaum yang dilaknat oleh Allah swt karena perilaku durhakanya. Pun kini ada kedurhakaan yang dilakui oleh kaum akhir zaman.

Pewarisan itu adalah pewarisan nilai. Nilai-nilai kebaikan yang akan menjadi panduan untuk memelihara kita dan keluarga kita dari api neraka. Marilah kita belajar dari sejarah.

Adalah Abdurrahman, seorang lulusan Pesantren Nurul Kamal dari Kerajaan Banten.
Sebagai seorang santri ia bertekad untuk menjadi ahli waris para nabi dengan menyebarkan agama Islam. Ia datang ke Mengkiang sebuah daerah di kalimantan barat untuk berdakwah. Itu terjadi sekitar tahun 1485 masehi. 

Menelusuri jejak kerajaan di kalimantan barat,  menjadi tergambar betul bagaimana perjuangan beliau di kala itu. Masyarakat pada jaman itu sebagian besar penganut agama hindu. Tidak terkecuali Dara Mas Ratena, seorang putri berdarah biru yang dibesarkan dengan adat istiadat agama Hindu, seperti yang dianut kedua orang tuanya. Dara Mas Ratena adalah putri dari Babai Cingak -- seorang Temenggung – hasil pernikahannya dengan seorang gadis bernama Putri Daranante.  Singkat cerita, Abdurahman kemudian menikah dengan Dara Mas Ratena yang merupakan anak pertama dari lima bersaudara, yakni Dara Juanti (Sintang), Dara Hitam (Landak), Dara Putih atau Dara Nandung (Sambas), serta Dara Junjung Buih (Ketapang).  Terbuktilah kemudian ikhtiar Abdurahman di dalam memilih pendamping hidup ini membawa kemanfaatan yang besar bagi dakwah islam.

Istana-sanggauKeraton Surya Negara

Risalah islam yang disampaikan Abdurahman kepada istrinya, menjadikan Dara Mas Ratena merupakan orang Mengkiang pertama yang memeluk Islam. Hal ini kemudian diikuti oleh masyarakat lainnya, sehingga sejak kedatangan Abdurrahman ini banyak warga Mengkiang yang memeluk Islam. Untuk kepentingan menyiarkan Islam, Abdurrahman kemudian mendirikan rumah besar yang sering difungsikan sebagai tempat berkumpul dan menyebarkan agama Islam. Seiring dengan perjalanan waktu, Abdurrahman kemudian dinobatkan menjadi raja pertama di Kerajaan Paku Negara, Desa Mengkiang. Selanjutnya, rumah besar yang Ia bangun juga dijadikan istana dengan sebutan Keraton Rumah Besar.

Dari pernikahannya dengan Dara Mas Ratena, Abdurrahman dikarunia satu orang anak perempuan bernama Dayang Puasa yang selanjutnya dinikahkan dengan Abang Awaluddin, warga Nanga Mau, Kabupaten Kapuas Hulu. Dari pernikahannya itu, Dayang Puasa dikaruniai dua orang anak yang semuanya laki-laki. Anak pertama diberi nama Abang Gani bergelar Ade Pati Paku Negara, sedangkan anak kedua bernama Abang Kesuma bergelar Pangeran Agung Paku Negara. Saat berpusat di Desa Mengkiang, kerajaan Surya Negara di kenal dengan nama Kerajaan Paku Negara. Para raja yang memerintah pun umumnya mendapat gelar Pangeran Paku Negara. Gelar tersebut selalu disematkan dalam nama para raja sebagai pertanda kebangsawanannya.

Keraton SuryaNegara Inilah cikal bakal Kerajaan Sanggau, sebuah kerajaan Islam yang merupakan salah satu situs sejarah yang berharga bagi Kalimantan Barat. Istana kerajaan berada di jantung kota Sanggau, persisnya di daerah Muara Kantuk, Kelurahan Tanjung Sekayam. Maka pantas saja bila kata teman saya, penduduk Kota Sanggau ini mayoritas muslim berbeda dengan wilayah kabupatennya yang sebagian besar penduduknya non muslim. Dan sejarah tidak akan melupakan jejak Abdurahman di sini.  Salah seorang keturunan beliau bernama Sultan Ayub Paku Negara menggagas pembangunan Masjid Jami’ Sultan Ayub yang merupakan masjid jami’ pertama di Sanggau. Masjid ini hanya terletak beberapa puluh meter saja dari keraton Surya Negara, yang menandakan bahwa masjid dan keraton tidak terpisahkan. Ia merupakan tempat ibadah dan juga aktivitas sosial. Penguasa dan ulama memang seharusnya tak terpisahkan.

Masjid Jami Sultan Ayub Sanggau Masjid Jami Sultan Ayub Sanggau_

Bisa jadi beberapa versi sejarah mengisahkan sesuatu yang berbeda dengan versi yang lain. Namun bagi sang pembelajar sejarah, beragam kisah itu menjadi sarat makna dan pelajaran. Termasuk pelajaran bahwa satu perilaku manusia di bumi ini bisa menjadi beraneka kisah tergantung siapa yang menuturkannya. Penutur sejarah adalah mata rantai pewarisan nilai, yang pula sedang menuliskan sejarah perihal dirinya sendiri. Apakah ia berlaku lurus atau sebaliknya.

Marilah belajar dari sejarah.

Wallahu a’lam.

 

Keraton Surya Negara Sanggau“mengenang sejarah” di keraton surya negara,
Sanggau, awal ramadhan 1433H

Dakwah Abdurahman di Sanggau Dakwah Abdurahman di Sanggau Reviewed by anisvanjava on Juli 29, 2012 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.