Taat dan Suka Bermusyawarah


Ketaatan bukan hanya milik sekelompok orang, sekelompok jamaah, atau agama tertentu. Bahkan untuk urusan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan agama, ketaatan merupakan sesuatu yang lazim. Misalnya ketaatan kepada pimpinan dalam satu kantor atau perusahaan, ataupun ketaatan seorang pegawai kepada aturan organisasinya. 
Meskipun kata ‘ketaatan’ itu sendiri berasal dari bahasa arab ‘Tho’at’.


Hasan Al Banna mengatakan, “ Ath- Tha’at adalah melaksanakan perintah dan merealisasikannya dengan serta merta, baik dalam keadaan sulit maupun mudah, saat bersemangat maupun malas”.

Begitu pula dengan pak iwan yang sangat taat kepada pimpinan. Pimpinan dalam forum board of director (BOD) telah membuat keputusan. Maka, “keputusan atasan harus dilaksanakan. Yang penting jalan dulu” begitu prinsip pak iwan yang membuat peserta rapat di anyer ini tambah bersemangat.

Beberapa analisa dilakukan. Kemungkinan-kemungkinan untuk merealisasikannya juga di jajaki.  Sepertinya pak iwan bukan sedang terinspirasi oleh Hasan Al Banna, tetapi karena beliau mengamalkan nilai-nilai organisasi. Dan pada akhirnya, predikat pribadi yang ta’at ini layak disematkan pada pak iwan.

asmuni srimulat
Bermusyawarah juga tidak menjadi klaim sekelompok golongan, suku bangsa atau penganut agama tertentu. Meskipun musyawarah itu sendiri berasal dari bahasa arab “Syuro”. Mengingatkan kita kepada almarhum pelawak asmuni ketika mengucapkannya dengan logat yang khas srimulat : Musyawaroh.

Umar bin Khattab menegaskan, “Tidak rugi orang yang istiharah, dan tidak menyesal orang yang musyawarah.”

Tetapi pak Lib – meskipun bukan orang arab dan juga bukan seorang muslim – suka bermusyawarah. Ketika akan memulai pelatihan, beliau mengajak seluruh anggota tim untuk bermusyawarah. Selesai sesi pelatihan, beliau mengajak seluruh anggota tim untuk kembali berkumpul mengevaluasi kegiatan dan bermusyawarah meminta pendapat untuk acara hari berikutnya. Hasil yang disepakati dalam forum musyawarah itulah yang dilaksanakan. Kesepakatan dan keputusan bersama.
“ silahkan dalam forum ini kalian bermusyawarah untuk sharing semua pendapat tanpa memandang pangkat dan jabatan. Supaya memperkaya wacana dan diskusi kita kali ini. Hindarkan sifat menang sendiri, siapa saya siapa kamu”, demikian nasihat pak wahyu – seorang pejabat, yang juga bukan seorang muslim.

Sepertinya pula pak lib dan pak wahyu ini bukan sedang teringat perkataan umar bin khattab untuk bermusyawarah, tetapi karena perilaku bermusyawarah ini telah menjadi kearifan lokal yang terinternalisasikan menjadi nilai-nilai organisasi.

Sebagaimana dulu dikisahkan tentang Ratu Bilqis yang mentradisikan musyawarah dalam pemerintahannya :


"Berkata dia (Bilqis), "Hai para pembesar !, berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku). Mereka menjawab, "Kita adalah orang-orang yang memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan. Dia berkata, "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membina, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu ." 
(An-Naml: 32-35)


Inilah perilaku-perilaku mulia itu : Suka bermusyawarah, menghargai pendapat, komitmen terhadap hasil syuro, taat ….
Sebagaimana Dasa Dharma Pramuka yang keempat berbunyi ,” Patuh dan suka bermusyawarah”. :-)

---------------------------- 
Akhir November 2011,  Sol Elite Marbella, Yudistira Tower #4476


Anyer 2011
Taat dan Suka Bermusyawarah Taat dan Suka Bermusyawarah Reviewed by anisvanjava on November 29, 2011 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.