“ Berpuluh-puluh tahun saya menjadi penggali kubur ini, saya banyak merenung. Dan pada akhirnya saya mendapati keheranan-keheranan yang membuat saya tidak habis pikir. Mengapa manusia mati-matian mencari sesuatu yang tidak akan pernah dibawanya mati. Yang karena perilakunya yang seperti itu, maka ia sangat mengkhawatirkan sesuatu yang tidak seharusnya dikhawatirkan. Dan sebaliknya, justru ia tidak mengkhawatirkan sesuatu yang seharusnya dikhawatirkan, yaitu kematian.
Banyak pahlawan, pejabat dan tokoh-tokoh negara saya makamkan di sini. Saya menurunkan jenazah jenderal abdul haris nasution ke liang lahat dengan tangan saya ini. Dengan tangan saya ini pula saya masukkan ke liang lahat jenazah jenderal rudini, jenazah jenderal umar wirahadikusuma, jenazah jenderal sudharmono dan yang lainnya. Para tokoh-tokoh itu berakhir hayatnya di liang lahat taman makan pahlawan ini. Tidak ada lagi pangkat dan jabatan yang menyertainya, tidak ada lagi kedudukan yang terhormat dibawanya ke alam kubur.
Kemanakah mereka yang berkedudukan tinggi dan berlimpah harta. Juga, kemanakah orang-orang yang dulunya di dunia terhina dan teraniaya. Tidak ada bedanya ketika jenazahnya sudah terkuburkan.
Walaupun ini adalah taman makam pahlwan, tapi dari sekian banyak makam yang ada di sini, hanya sekitar tiga puluhan saja yang mendapat gelar pahlawan. Mengapakah mereka disebut sebagai pahlawan?
Pahlawan adalah mereka yang sudah berjasa sangat banyak kepada negara ini. Berkorban yang sangat besar untuk bangsa ini. Perbuatannya sangat dirasakan manfaatnya oleh banyak orang. Maka merekalah yang layak disebut sebagai pahlawan.
Tetapi, jangan dilihat gelar pahlawannya itu. Bahwasanya mereka itu telah menebusnya dengan harga yang setimpal. Mereka adalah yang bekerja keras disaat orang lain bersantai-santai. Mereka dikucilkan dari keluarganya, dan terbuang di pengasingan.Setiap sabtu pak habibi rajin berkunjung ke sini, untuk ziarah ke makam bu ainun. Lengkap dengan pengawalan dan asisten-asistennya. Makam bu ainun dihiasi dengan bunga-bunga yang ditanam di atas pusara nya. Saya berbincang dengan pak habibi,” pak, bukan dengan cara seperti ini bapak meratapinya. Jangankan cuma dua tangkai bunga melati di sini. Satu truk bunga mawarpun tidak akan membawa sesuatu yang berarti bagi sang jenazah. Itu hanya pandangan manusia di dunia saja”.
Kita hidup di dunia ini harus mempunyai prinsip dan strategi. Prinsipnya adalah berpegang teguh pada kebenaran. Dan strateginya adalah menjalani itu semua dengan kesabaran.
Kebenaran yang seperti apa, pak?
Kebenaran yang sebagaimana dikehendaki oleh Al Qur’an dan Sunnah.
------------------------------------------------
* diriwayatkan dari sang penggali kuburan dan penjaga makam TMP kalibata
oleh sahabat saya yang senin pagi nanti akan menandatangani surat penahanannya di LP.
Tidak ada komentar: