Assalaamu alaikum wa rahmatullahi wabarkaatuhi. Front Pembela Islam yg dipimpin ayahanda Habib Rizq Syihab, semoga ALLAH selalu menjaga beliau...aamiin. Rasulullah bersabda "Al Mu'min kaljasadi wahidi" org beriman itu bagaikan SATU TUBUH, bila satu anggota tubuhnya disakiti maka anggota tubuh lainnyapun merasakan sakit". FPI dalam tubuh umat Islam Indonesia laksana TANGAN, inilah dakwah termulia, sbgm Rasulullah mengajarkan, Bila kalian melihat kemungkaran maka perbaikilah dg tangan kalian, kalau tdk mampu maka dg lisan kalian, kalau tdk mampu maka dg hati kalian, itulah selemah2nya iman". Tentu FPI dg cara hikmah melalui musyawarah, izin, 3 kali peringatan, dg atribut pakaian & organisasi yg jelas terdaptar legal. Baru melakukan tindakan sesudah semua ikhtiar, sungguh sudah rahisia umum di negeri ini tempat2 ma'siyat & program kemungkaran seperti pornografi, perizinan minuman keras, judi dsb selalu dibekingi preman, oknum pejabat & media sekuler. Sehingga beritapun tdk seimbang seakan FPI anarkis, apalagi rentan dg masuknya provakator dg atribut yg sama...lihatlah di media, siapa yg ingin membubarkan FPI?...kebebasan macam apa yg dinginkan? Ingat!, kalau ma'siyat & kemungkaran dibiarkan merajalela "fahaaqqo alaihal qoul" adzab ALLAH akan turun sbgm minimpa kaum Aad, Tsamud, kaum homo dsb (QS 17 : 16,17), apa terus dibiarkan saat hukum sudah bisa "beli" hancurlah negeri ini. TIDAK sahabatku, siapa yg CINTA ALLAH & NEGERI INI tdk boleh diam harus dakwah & jihad dg segala resikonya, & kalian jangan diam, hidup ini pilihan yg konsekwensi di akhirat nanti, ALLAH mengumpulkan kelompok mns jin di akhirat nanti bersama SIAPA YG MEREKA CINTAI!, apakah kalian ingin berkumpul dg mrk para Pendukung ma'siyat & kemungkaran itu dg dailh hak asasi mns yg sebenarnya mrklah yg menghancurkan HAQ MORAL GENERASI BANGSA INI, NO WAY! Saya Muhammad arifin ilham mencintai Habib Rizq Syihab dg segala konsekwensi...teruslah duhai habib yg Mulia Berdakwah & Berjihad, "Ya ALLAH kumpulkanlah kami bersama hamba2 yg mencintai MU & Yg berjuang dijalanMU...aamiin. ALLAHU AKBAR. Sebarkan ini sahabatku tercinta fillah.
(KH.Muhammad Arifin Ilham)
Sangat wajar apabila ghirah keislaman kita mengantarkan kepada semangat pembelaan kepada FPI, sebagaimana yang dilakukan oleh Arifin Ilham. Sejujurnya bila seorang muslim menjalankan keyakinannya dengan lurus, tentu ia tidak akan bermasalah dengan FPI.
Pertanyaan yang menjadi kunci dari pernyataan Arifin Ilham adalah “ kebebasan macam apa yang diinginkan ?”. Sejauh ini, FPI ‘hanya merusak’ praktek-praktek kemungkaran dan kemaksiatan. Lapak miras, tempat pelacuran, tontonan organ tunggal yang juga mengobral organ tubuh, warung mesum, posko perjudian dan mabuk-mabukan.
Adakah yang keberatan dengan hal ini?
Belum pernah saya mendengar dan melihat FPI merusak gerobak tukang sayur, warteg, atau membakar warung tukang pecel lele, atau rumah makan padang. Jadi, bila kita tidak melakukan perbuatan maksiat dan mungkar, tentu tidak akan berurusan dengan FPI.
Maka ini berarti --- sebelum pertanyaan ,” mengapa harus dengan cara kekerasan dan merusak?”, diajukan ---, terlebih dahulu jawablah pertanyaan,” mengapa harus berbuat maksiat dan mungkar? Toh, kalau lurus-lurus saja, tidak akan berurusan dengan FPI”.
Begitu pula dengan argumen, “ini negara hukum, bukan negara agama, jangan main hakim sendiri”. Maka terangkanlah lebih dulu dengan jelas, “ kebebasan macam apa yang diinginkan ?”.
Pola berpikir yang cacat karena kerusakan logika religi yang permanen, membuat nafsu manusia menjungkir balikkan pernyataan.
Bila saya mempunyai rakyat yang mengagungkan HAM (Hak Asasi M*****), dengan suara kebebasan mereka untuk memakai rok mini :
maka bagaimana pula dengan rakyat saya lainnya yang menuntut haknya :
Aspirasi ini bukan untuk menutup sama sekali unsur-unsur penyimpangan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan ’eksekusi’ oleh FPI.
Sebagaimana mas agus yang kecewa kepada FPI. Katanya, bahwa kata temannya ada FPI yang memalak bos majalah porno untuk membiayai pergi haji. Ongkos haji yang diminta itu sebagai imbalan supaya FPI tidak mengajukan banding atas putusan bebasnya bos porno dari jeratan hukum itu. Juga, kata temannya bahwa FPI minta disediakan pelacur ketika sedang menginap di salah satu hotel di bali.
Berita itu bisa kita sikapi bahwa :
1. Berita itu tidak benar atau berita itu tidak pernah ada.
2. Berita itu benar ada, tetapi pelaku peristiwanya bukan FPI melainkan oleh oknum yang mengatasnamakan FPI.
3. Berita itu benar. Bisa jadi FPI khilaf atau terjerumus perbuatan dosa, karena mereka bukanlah malaikat.
Nah, yang nomor 3 inilah yang membuat kecewa. Sudah barang tentu pula karena semangat keislamanlah yang menjadikan kita merasa kecewa mendengar berita itu.
Fenomena kekecewaan ini bisa dialami oleh siapa saja. Terhadap siapa saja, dan dalam hal apa saja.
Beberapa waktu yang lalu, LSI merilis hasil surveinya perihal melorotnya pilihan publik terhadap partai politik.
Publik kecewa terhadap demokrat, karena para petingginya terlibat skandal. Nazarudin yang diduga korupsi, angelina yang diduga bersumpah palsu, anas yang diduga menggunakan uang haram untuk kampanyenya serta kader demokrat lainnya yang saling bertikai dan adu besar mulut. Kepercayaan masyarakat terus mengalami penurunan. Jumlah responden yang tidak (mau) menjawab, tidak tahu (menahu)/abstain/masa bodoh, berkisar 20 persen. Faktor kekecewaan dan patah arang terhadap parpol adalah salah satu hal yang menjadi alasannya.
Apakah petinggi demokrat tidak boleh berbuat salah, sebagaimana pula FPI ? Apakah setiap orang harus benar supaya publik tidak kecewa?
Menarik untuk dicermati hasil survei di atas karena justru pilihan publik ke partai golkar mengalami kenaikan. Tidakkah masyarakat masih mengingat sejatinya golkar adalah partai yang pernah mengecewakan pula sebagai warisan orde baru? Bukankah masyarakat pernah meneriakkan dengan lantang untuk membubarkan golkar dan melempari akbar tanjung hingga wajahnya berlumuran darah? Mengapa masyarakat kembali lagi ‘berpihak’ kepada partai yang dulu pernah mengecewakannya?
Mungkin saja masyarakat sudah lupa. Namun alasan yang lebih baik adalah karena masyarakat kita yang pemaaf.
Berkaca dari sejarah masa lalu, maka kekecewaan yang terjadi akan silih berganti. Yang penting adalah kekecewaan itu memang lahir dari rasa cinta dan harapan. Kecewa karena tumpuan harapan kita sudah tidak bisa diandalkan. Kecewa karena kita tidak menginginkan hal itu terjadi kepada sesuatu yang kita cintai.
Akan halnya bentuk lainnya yang mirip dengan kekecewaan, yaitu kebencian. Kebencian melahirkan permusuhan, prasangka buruk, menebarkan fitnah dan mengakibatkan kerusakan. Semua sisi pandang kepada sesuatu sudah ada vonis awalnya yang serba negatif. Maka, meskipun nampak sama, tetapi sesungguhnya kekecewaan tetaplah berbeda dengan kebencian.
Dalam khasanah pergerakan dunia islam, Fathi Yakan merupakan pionir dakwah yang menuliskan perlunya kriteria yang dimiliki oleh sebuah jamaah supaya jamaah tersebut tetap layak disebut sebagai jamaah dakwah. Salah satunya adalah, jamaah harus mempunyai pedoman/sistem/manhaj yang menjadi landasannya berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah. Atas dasar pedoman inilah mekanisme organisasi ditegakkan. Bukan oleh kemauan pimpinan.
Adalah lazim personil dalam sebuah organisasi melakukan kesalahan dan pelanggaran aturan organisasi. Pun jajaran pimpinan tetap terbuka kemungkinan untuk menyimpang dari landasan yang disepakati. Namun, mekanisme organisasi yang kokoh akan menjaga orisinalitas perjuangannya. Oknum-oknum yang menyimpang atau melanggar akan terpinggirkan. Dengan cara demikian Allah SWT menjaga agamaNya dan menjaga sebuah jamaah yang memperjuangkan agamaNya.
Inilah sejatinya kata kunci yang membatasi kemaafan atas pelanggaran-pelanggaran yang manusiawi itu. Sekaligus menjadi ‘hiburan’ bagi yang mengalami kekecewaan agar tidak berkepanjangan. Menjadi tantangan bagi FPI, demokrat, golkar, organisasi atau jamaah manapun untuk bisa membuktikannya. Sampai kapan pelanggaran ini menjadi sesuatu yang masih ‘lazim’ dan bisa diperbaiki. Harus jelas batas di mana FPI masih bisa dikatakan sebagai front pembela islam, atau sudah menjadi front preman indonesia. Harus jelas apakah demokrat saat ini masih mengusung kampanyenya untuk memberantas korupsi, ataukah sudah persis sama sekali menjadi partai sarang koruptor.
Saatnya mengevaluasi kadar kemaafan dan kekecewaan kita. Allah SWT yang telah membedakan haq dengan yang bathil adalah pula Allah SWT yang menciptakan kita sebagai manusia yang mempunyai salah dan lupa. Batas kemaafan adalah terbukanya pintu taubat dari Allah SWT.
Kecewa dengan pasangan hidup kita tidak lantas menjadi alasan untuk menggantinya. Bahkan dalam perkumpulan orang-orang yang kecewa, akan terjadi pula kekecewaan. Maka sebaiknya kekecewaan ini tidak diteruskan berkepanjangan, karena suatu ketika Anda pun bisa kecewa dengan diri sendiri. Lalu apakah karena itu Anda akan bunuh diri ?
Lor In Sentul Bogor #2109
#pengamatPolitik, tinggal di karawaci.
Tidak ada komentar: