Langit buatan Sang Khaliq cerah. Tengah malam menjumpai karawaci dengan keheningannya. Angin halus melakukan tugasnya mengeringkan keringat pipi. Lengket mulai terasa melapisi kulit.
Tengah malam yang kesekian diantara deret-deret tengah malam selama beberapa tahun yang terlewatkan dalam terjagaku. Pergantian hari yang pernah dalam suatu masa didetikkan oleh bunyi jam tangan digital hadiah dari sahabat. Dan kedua mata dengan tajam menjadi saksi hadirnya hari baru.
Jam tangan itu kini sudah lama tiada.
Senyum pergelangan tangan menyapa, “sudah lama tidak ada yang singgah melingkar di sini?”.
hmm… Tidak. Aku tidak sedang rindu kepada hiasan pergelangan tangan. Aku sedang menikmati desiran hati dengan berlalunya detik-detik waktu ketika hari esok menggeser hari ini. Terasa melembutkan. Terasa mengharukan. Terasa menyemangati.
Banyak rasa terasa.
Tapi, kemana saja aku selama ini.
Bersyukur jenak waktu ini menuntun bawah sadarku ke sini. Kepada kesadaran tentang muara jalan satu arah yang telah tertapaki separuh usia.
Menjadi semakin terbiasa untuk tak menghiraukan ketidaktegaan hati atas do’a sang anak agar ayahnya tidak keluar rumah malam itu. Seperti malam-malam kemarin dan malam-malam jelmaan hari esoknya. Karena matahari jarang sekali dinikmati hangat dan panasnya bersama. Kini sang rembulan pun mestikah bernasib serupa, menyendiri dalam relung jiwa belia?
Menjadi semakin terbiasa “dikhianati” budaya waktu yang tak pernah tepat, di negeri yang selalu meluangkan masa terbuang sia-sia, karena menunggu.
.... setidaknya menunggu pun menjadi jihad berharga karena ditebus dengan jeritan perasaan dan pengorbanan yang susah terlupa. Dihiasi baiknya prasangka yang tak habis-habisnya.
“Suatu saat ini juga akan menempamu, nak!”. Karena sang pencipta maha mendengar do’a dari insannya yang belum punya dosa.
Bila kedalaman makna belum juga menghampiri aku dan juga engkau, maka kita semua saat ini sedang merasakan baluran kasih dan selimut bahagia dalam keluarga kita. Takdir-takdir indahNya memandu langkah kita. Saatnya kita memuji-Nya, niscaya ruh kesyukuran itu akan menjelma. Dan saatnya kita bersama-sama mengerti karenanya.
Karena memang kita sedang menuju ke sana. Ke tempat kebahagiaan yang tak pernah fana.
insyaAllah.
#SelamatHariKeluarga 29 Juni 2011
Tidak ada komentar: