Selalu ada hal baru yang didapati, meskipun kebersamaan itu telah berlangsung sekian lama, selama bertahun tahun. Hal baru itu bisa sangat surprise, menyenangkan, mengagetkan atau menjengkelkan yang tidak jarang menimbulkan kebencian dan kemarahan.
Ya, karena manusia adalah makhluk hidup yang berkembang. Setiap saat, setiap waktu bisa berubah. Karenanya, proses saling mengenal antara sesama manusia berlangsung terus menerus selama masa kebersamaan itu. Kecocokan akan tercipta bila masing-masing pribadi saling memahami. Saling mengenal akan membentuk kefahaman, dan kefahaman akan mengantarkan pada eratnya hubungan.
Mmm.. karenanya cara ini tidak bisa dijadikan alasan untuk berpacaran kan? :-).
Realita yang terjadi, berpacaran lebih dimanfaatkan untuk saling melampiaskan kesenangan yang didominasi nafsu. Citra yang tersampaikan kepada pasangan penuh dengan keindahan. Sedangkan kehidupan dan rumah tangga yang akan dilaluinya, tidaklah demikian. Dan sekali lagi, proses saling mengenal antara sesama manusia berlangsung terus menerus selama masa kebersamaan itu. Sehingga banyak rumah tangga yang langgeng, padahal proses mengenalnya baru dimulai saat ikatan pernikahan terjalin. Sebaliknya, tidak sedikit yang rumah tangganya tidak berlangsung lama, padahal pacarannya bertahun-tahun. ;-)
Ada sesuatu yang baru saya temui selama dua hari satu malam, bergathering dengan keluarga dan teman-teman kantor. Kepribadian anak yang selama ini kurang tercermati, muncul di tengah-tengah aktivitas gathering. Keberanian dan kemandirian yang muncul, melebihi dari apa yang saya bayangkan. Dua anak, sama-sama laki-laki tetapi sudah barang tentu tidak sama perilaku dan sifat-sifatnya. Subhanallah… menarik apa yang Allah swt ciptakan pada diri masing-masing manusia.
Gathering juga menghantarkan isteri kepada kefahaman akan dunia kerja suami dan teman-teman kerja suami. Berapa banyak sang isteri yang tidak tergambar sama sekali pekerjaan suaminya. Dengan siapa suaminya bekerja, dan bagaimana pola hubungan di antara teman-teman kerja itu. Maka, lazim bila ketidakfaham ini bisa memunculkan prasangka buruk atau curiga mencurigai. Bagaimana jadinya bila sang suami berangkat bekerja mencari nafkah, diiringi kecemasan dan kecurigaan sang isteri.
Gathering juga membuka mata kepala, hati dan fikiran tentang teman kerja kita. Bahwa mereka hadir ke kantor dilatarbelakangi oleh orang-orang terdekat mereka yang selama ini tidak pernah tergambarkan dengan jelas dalam kesadaran nurani. Bahwa ada anak dan isteri dalam keluarga mereka, ada pembantu rumah tangga, bahkan tidak sedikit yang tinggal bersama orang tua dan mertua dalam keluarga besarnya. Mereka sangat dipengaruhi oleh orang-orang disekeliling mereka.
Menjadi teringat kepada salah seorang teman yang dulu pernah satu bagian dalam pekerjaan. Hampir semua teman-teman dalam satu bagian itu membenci teman saya ini, karena perilakunya yang negatif. Egois, tega ‘mengorbankan’ teman, tidak bisa diajak bekerja sama, suka pamer, sombong dan suka meremehkan. Baik laki-laki maupun perempuan, baik atasan maupun bawahan, baik yang sudah menikah maupun yang masih lajang, tidak suka kepadanya. Kayaknya sudah menjadi rahasia umum bahwa teman saya ini adalah orang yang paling tidak dibutuhkan dalam bagian itu. Saya pun turut merasakan perasaan ini.
Tetapi, segala perasaan kebencian itu bisa diredakan dengan menghadirkan orang-orang yang berada dalam kehidupannya. Bahwasanya, ia pun memiliki isteri yang membanggakannya. Bahwa ia mempunyai anak-anak yang bangga memiliki seorang ayah yang menyayanginya. Bahwa ia memiliki orang tua yang membanggakan anaknya yang telah hidup mapan dan telah menjadi ‘orang’. Mereka-mereka itu semua sangat membanggakannya, tidak peduli walaupun orang-orang satu bagian membencinya.
Mulai saling memahami, itulah awal terurainya permasalahan. Dan kebersamaan adalah salah satu sarana untuk bisa saling memahami.
Sangat tepat bila Umar bin Khattab memastikan ‘mengenal’ ini dengan mensyaratkan adanya kebersamaan.
“Apakah kamu pernah melakukan perjalanan bersamanya ?”, tanya umar.
“belum”.
“Apakah kamu pernah bermalam bersamanya ?”
“belum”.
“Berarti kamu belum mengenalnya !”, begitu kata umar.
“ Marilah kita saling mengenal, supaya kita saling menyayangi”
sambil rekreasi :-)
From Bandung With Love, 16 Oktober 2011
Wisma Babinkum TNI #8
Tidak ada komentar: