Selagi Hayat Dikandung Badan

Lafaz takbir yang dikumandangkan oleh pak maksum pada sholat di siang hari itu terasa lebih menggetarkan dibandingkan biasanya.
Memang belum lama ramadhan berlalu dan suasana syawal masih menyelimuti, tetapi bukan disebabkan karena itu.

Melainkan karena dibelakang shaf sholat kami, terdapat jenazah didalam keranda, yang seusai sholat dhuhur, akan disholatkan oleh jamaah masjid.

Memang manusia kalau masih hidup, haruslah sholat.
Manusia yang sudah matilah yang sudah tidak sholat. Malahan ia disholati.
Maka, selagi hayat dikandung badan, dirikanlah sholat.
Selagi badan masih sehat.
Selagi masih kuat sholat.
Selagi masih ada kesempatan sholat ...

****
Seperti terngiang-ngiang nasehat itu.
****

Seusai memimpin sholat jenazah dan mendo'akan jenazah, pak maksum memberikan tausiyahnya kepada para jamaah tentang sikap seorang yang beriman dalam menghadapi kematian.
Di bagian akhir tausiyahnya, pak maksum meminta kesaksian dari para jamaah tentang diri si mayit. Apakah diri si mayit, dipersaksikan oleh jamaah sebagai orang yang baik atau tidak.
Jamaahpun terdengar menjawab,'baik', atau 'khoir'.

***
Teringatlah pada benak saya keadaan almarhumah selama hidupnya.
Selama dulu kurang lebih empat tahun saya tinggal di depan rumahnya, sedikit banyak mengetahui kesulitan yang dialami di dalam rumah tangganya. Ia mempunyai tiga orang anak yang masih kecil-kecil. Pekerjaannya sebagai buruh pabrik, semakin tidak menentu ketika terjadi PHK di perusahaannya.
Apalagi suaminya juga tidak jelas pekerjaannya. Anak-anaknya semakin tidak terperhatikan, bahkan terlantar. Banyak dipandang sebelah mata oleh para warga. Sebagian merasa terganggu dengan kenakalannya, sehingga bagi yang mempunyai anak pun melarang anaknya untuk bermain bersama mereka. Suatu vonis yang cukup kejam bagi kehidupan anak-anak yang masih memerlukan didikan dan arahan untuk bisa menentukan mana yang baik dan yang buruk bagi kehidupannya.

Tetapi begitulah kenyataan masyarakat memperlakukannya.
Dan sekarang, almarhumah meninggal dalam usia 27 tahun, dengan janin di kandungannya yang telah berusia tujuh bulan yang turut meninggal bersamanya.

Hening para jamaah mendengarkan kalimat demi kalimat tausiyah dari pak maksum.
Pak maksum juga tidak lupa menyampaikan permohonan kepada para jamaah supaya memaafkan segala kesalahan almarhumah.

Di tengah keheningan itu, tiba-tiba terdengar tangisan Abqori --anak saya-- yang siang itu ikut sholat disebelah kanan saya.
Sejenak para jamaah melihat ke arah Abqori dengan tatapan haru. Setelah itu para jamaah kembali mendengarkan tausiyah.

Tangisan Abqori semakin keras. Untunglah tausiyah itu tidak berlangsung lama.
Segera bersamaan dengan diangkatnya keranda jenazah ke dalam mobil, saya segera menggandeng Abqori keluar masjid, dan menanyakan keadaannya.

Tidak biasanya Abqori menangis terharu karena mendengarkan tausiyah.

Sambil menunjuk ke arah matanya yang memerah, Abqori berkata bahwa matanya kepedesan terkena cabe sewaktu dikucek pakai tangannya karena tidak bersih mencucinya setelah makan siang pakai ayam bakar tadi.

oo .. saya kira terharu.

Selagi Hayat Dikandung Badan Selagi Hayat Dikandung Badan Reviewed by anisvanjava on September 22, 2009 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.