Disebut yang memulai karena memang belum pernah ada yang melakukan sebelumnya. Bila itu adalah sebuah jalan, maka ia ibarat pembuka jalan. Membabat semak belukar, menebang pohon atau menitis jembatan. Jalan yang dirintisnya bisa jadi sangat sederhana untuk ditapaki. Namun jalan setapak itulah yang kemudian dilewati orang setelahnya, dan setelahnya lagi. Orang-orang berikutnya memperbaiki jalan itu menjadi lebih layak, memperlebarnya, meratakannya, menambal yang berlubang, memperhalusnya, memberinya lampu penerangan hingga jadilah jalan itu nyaman untuk ditempuh.
Tetapi ingatlah, “Jalan lebar, halus dan nyaman itu tidak akan pernah ada, bila tidak ada yang memulai merintisnya”.
"Al-Fadhlu lil mubtadi wa in ahsanal muqtadhi"Kemuliaan itu adalah untuk pemula (yang memulai) walaupun pengikutnya (yang mengikutinya) itu (bisa melakukannya dengan) lebih baik.(Pepatah arab)
Bila itu adalah sebuah bangunan, maka ia adalah peletak pondasi. Bisa jadi pondasi yang dibangunnya sangat sederhana, tetapi di atas pondasi itulah orang orang membangun dinding, menegakkan tiang, memasang keramik dan meletakkan segala perabotan. Bangunan itu kemudian menjadi indah, bertambah megah, dan membuat betah orang yang memasukinya.
Tetapi ingatlah, “bangunan indah, megah dan nyaman itu tidak akan pernah ada, bila tidak ada yang memulai meletakkan pondasinya”. Yang meletakkan dasar atau asas. Orang-orang mengistilahkannya dengan ”muassis”.
Bila itu adalah sebuah gerakan, maka ia tidak sekedar pencetus ide tetapi juga pelaku pertamanya. Ia lah yang melakukan ketika yang lain masih duduk-duduk santai. Ia bergerak ketika yang lain masih melihat-lihat dan menunggu-nunggu. Tak jarang dukungan dan bantuan bagaikan pantangan untuk diharapkan, karena sudah tabiat cemoohan dan caci maki yang akan didapatkan. Kemudian satu dua orang mengikutinya. Beberapa waktu lainnya sekelompok orang mengikutinya pula. Orang-orang yang melihat-lihat menjadi bergerak, orang-orang yang menunggu-nunggu menjadi mendukung. Sampailah saatnya menjadi sebuah gerakan besar yang berjaya dengan gemilang dan menjadikan orang-orang di dalamnya dikenal orang sebagai orang besar dan hebat. Banyak pihak yang kemudian tertarik bergabung bersamanya.
Tetapi ingatlah, “gerakan hebat dan organisasi besar itu, tidak akan pernah ada, bila tidak ada orang yang memulai melakukannya”.
Disebut perintis karena memang belum ada yang melewatinya, disebut peletak dasar karena memang belum ada yang membangunnya, dan disebut sang penggerak karena belum ada yang melakukannya. Pada akhirnya di sebut sang teladan, karena memang ia yang memulainya.
Tempat ini sepi dari hiruk pikuk orang-orang yang bergerak untuk berubah, tempat ini jauh dari sarana-sarana yang layak, dan tempat ini dirindangi hutan dan semak belukar yang membuntukan jalan. Maka, datanglah ia di tempat yang penuh dengan ketiadaan ini menjelma sebagai sang teladan yang dirindukan kehadirannya. Jejak-jejak seruan dakwah membekas di musholla kecil ini. Pun, beramai-ramai orang mewarisi tradisi sholehnya, hingga semaraklah belahan bumi yang terpencil ini.
Tak beda dengan tempat yang riuh rendah di keramaian ini. Tempat ini terdapat segala keberadaan. Namun keteladanan merupakan sesuatu yang langka.
Kemanakah gerangan sang teladan?
Yang mau memulai di kala sepi.
Yang pantang kecewa dikhianati.
Yang tak takut dicela dan dicaci.
Yang tersemangati hanya oleh ridlo Ilahi.
Pada suatu ketika, beberapa orang Arab badui datang menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mengenakan pakaian dari bulu domba (wol). Lalu Rasulullah memperhatikan kondisi mereka yang menyedihkan. Selain itu, mereka pun sangat membutuhkan pertolongan. Akhirnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan para sahabat untuk memberikan sedekahnya kepada mereka. Tetapi sayangnya, para sahabat sangat lamban untuk melaksanakan anjuran Rasulullah itu, hingga kekecewaan terlihat pada wajah beliau.
Jarir berkata: Tak lama kemudian seorang sahabat dari kaum Anshar datang memberikan bantuan sesuatu yang dibungkus dengan daun dan kemudian diikuti oleh beberapa orang sahabat lainnya. Setelah itu, datanglah beberapa orang sahabat yang turut serta menyumbangkan sedekahnya (untuk diserahkan kepada orang-orang Arab badui tersebut) hingga tampaklah keceriaan pada wajah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Barang siapa dapat memberikan suri tauladan yang baik dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut dapat diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat untuknya pahala sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikitpun pahala yang mereka peroleh. Sebaliknya, barang siapa memberikan suri tauladan yang buruk dalam Islam, lalu suri tauladan tersebut diikuti oleh orang-orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa sebanyak yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa yang mereka peroleh sedikitpun
(Shahih Muslim)
------------------------------------------------------------------------------
Wahai diri, Jadilah Teladan !
------------------------------------------------------------------------------
IstanaVI Room102, Sidimpuan
Juli 2012
Kemuliaan itu Adalah Untuk Yang Memulai
Reviewed by anisvanjava
on
Juli 15, 2012
Rating:
Tidak ada komentar: