Ustadz Kehilangan Jamaahnya

Selama menunggu renovasi gedung utama KPDJP, tiga direktorat eselon II dipindah tempatnya ke gedung SPC lantai 9 dan 10.  Fasilitas untuk sholat berupa musholla atau masjid belum ada, sehingga direktorat kami membuat musholla sendiri. Sempit dan bising, mencari celah di antara rak-rak server.

Kami lebih sering sholat berjamaahnya di Al Inabah, masjid samping SPC. Walaupun harus berjalan kaki beberapa ratus meter. Membuat Al Inabah semakin ramai.

Alhamdulillah beberapa bulan kemudian, SPC menyediakan tempat sholat berupa hamparan karpet dan mimbar yang kemudian dinamakan masjid Al Maghfirah.
Sesaat kami sampaikan selamat tinggal kepada Al Inabah tempat kami biasa ‘beri’tikaf’.

Beberapa kali masjid Al Maghfirah pindah tempat, pindah lantai, dan yang terakhir lokasi masjid ini berada di lantai bawah.
Saya bangga karena karyawan DJP aktif memakmurkan Al Maghfirah, melalui keterlibatan dalam takmir, ceramah agama, kajian tafsir maupun kultum.  Semakin terlihat ketika seragam hitam putih kami mendominasi jamaah sholat maupun jamaah tafsir. Pak Taufiq dan Pak Haryono tidak jarang ‘turun tangan’ menjadi ustadz kultum, ketika ustadz yang ‘asli’ berhalangan hadir.

Namun, waktu penantian itu telah berakhir.

DJP harus kembali ke gedung KPDJP.  Pindahan besar-besaran bak bongkaran lapak pun kami lakukan. Setelah dua direktorat mendahului pindah, tinggallah direktorat kami yang terakhir.

Adakalanya saat-saat perpisahan, indah untuk dinikmati. Al Maghfirah berangsur-angsur sunyi. Sholat berjamaah tak seramai sebelumnya. 
Sebetulnya banyak institusi yang bertempat di SPC ini. Instansi pemerintah, perusahaan multimedia, kantor bank konvensional dan bank syariah, perusahaan investasi dan sebagainya.
Tetapi, kepergian pegawai DJP dari SPC cukup membuat ustadz yang biasa mengisi kajian tafsir ba’da dhuhur di Al Maghfirah, menjadi kehilangan.

“Yang dari pajak mana ?” tanya beliau dalam kesempatan kajian tafsir yang terakhir saya ikuti. Mungkin beliau melihat jamaah kajian tafsir kali ini tidak seramai sebelumnya.

Ya, kami harus pindah, Ustadz !

Terima kasih atas ilmu yang telah ustadz berikan kepada kami. Mohon maaf bila kepergian kami membuat kajian tafsir ini kehilangan sebagian besar jamaahnya.  Inilah yang kami perjuangkan.  Ternyata medan amal jauh lebih berat dari medan kata-kata.  Peperangan melawan korupsi di kantor, lebih berat dari membuka lembar demi lembar kitab tafsir yang bersama kita kaji.
Mudahan Al Maghfirah akan ramai kembali oleh para pegawai lainnya yang ada di SPC.

Selamat tinggal Al Inabah,
Selamat tinggal Al Maghfirah,
Selamat datang Salahudin ..



***

Kini,
mungkin Ustadz merasa kaget atau kecewa dengan berita kasus korupsi pajak tempo hari. Tetapi Ustadz telah melihat sendiri, bahwa kami sedang berjuang memperbaiki institusi ini.
Maka, kami tidak akan berhenti karena cemoohan orang-orang yang menganggap bahwa kami semua adalah sama, koruptor !.

Ustadz, do’akan kami semoga tetap istiqomah, bersih, peduli dan professional.

"Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan". (At-Taubah: 105)

Untuk kawan-kawan seperjuangan..    keep on spirit !




Horison Bekasi, Room 419
“setelah membaca buku tulisan teman seangkatanku – heri prabowo”
“catatan harian seorang mafia pajak”

Ustadz Kehilangan Jamaahnya Ustadz Kehilangan Jamaahnya Reviewed by anisvanjava on September 25, 2010 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.