Anak saya tiga. Ketiganya laki-laki.
Laki-laki bersifat maskulin. Sedangkan perempuan feminin. Apakah guna maskulin dan feminin.
Ada seorang laki-laki yang berperawakan gagah, bersuara keras, bersorot mata tajam, bahkan bertato. Laki-laki dengan ciri-ciri seperti itu, tempo hari pucat pasi ketika ditawari oleh teman saya untuk berbekam. Pasalnya nyalinya tak segempal tubuhnya untuk berani merasakan jarum bekam yang hanya memantik satu atau dua milimeter itu. Terapi bekam pun batal dilakukan, padahal ia sendiri yang meminta untuk diterapi karena penyakitnya.
Di kalangan para penggemar sepeda motor terjadi polemik antara sepeda motor perempuan dan sepeda motor laki-laki. Penggemar motor matic mencemooh, “hari gini masih pake oper gigi?, jadul banget gitu loh.”. Sementara itu, “pakai motor matic? yakin tuh laki-laki..”, kata pecandu motor bergigi. Tetapi baik yang matic maupun yang bergigi, eksisnya hanya ketika mereka bergerombol. Baik bergerombol secara damai, maupun ketika tawuran. Keroyokan !
Ada juga seorang laki-laki yang dengan percaya dirinya mempermainkan perasaan perempuan dengan berganti-ganti pasangan. Mungkin ia merasa benar-benar menjadi seorang laki-laki ketika ia mampu menduakan, mentigakan atau tak terhitung. Jadi samar sedikit dengan perilaku hewan memang. Dan lucu jadinya jika di mata perempuan yang terjadi adalah sebaliknya. Karena justru banyaknya perempuan yang dipasanginya itu menjadi sumber makan sehari-harinya. Beli bensin minta, beli rokok minta, mau pergi dianterin, numpang hidup diongkosin. Anaknya berserakan di beberapa tempat tak terurus. Waduh !
Ada juga laki-laki menurut mario teguh.
Dalam syair lagunya, iwan fals menyampaikan obsesinya pada anak laki-laki.
Jauh jalan yang harus kau tempuh
Mungkin samar bahkan mungkin gelap
Tajam kerikil setiap saat menunggu
Engkau lewat dengan kaki yang tak bersepatuDuduk sini Nak dekat pada bapak
Jangan kau ganggu ibumu
Turunlah lekas dari pangkuannya
Engkau lelaki kelak sendiri
Ada juga laki-laki padang pasir, Umar bin Khattab. Tidak ada yang berani menghadang kepergiannya untuk hijrah ke madinah yang dilakukannya dengan terang-terangan, disaat sahabatnya yang lain berhijrah secara sembunyi-sembunyi.
Suatu ketika seusai sholat air matanya berlinang menangisi kejahiliahan masa lalu -- mengubur hidup-hidup anak perempuannya.
Jadi, tidak sekedar beda laki-laki atau perempuan, kan ?
Lalu, bagaimanakah seharusnya seorang laki-laki itu ?
Apa keinginan kita terhadap seorang anak laki-laki ?
Desember 2011
|||| Laki-laki Karawaci -------
Tidak ada komentar: