Di dalam benakku, “bahagia” adalah bagaikan makhluk yang senantiasa meloncat-loncat, berpindah-pindah tempat, menjauh dan mendekat. Kadang ia berhasil tertangkap dan bersemayam. Di lain waktu kemudian ia pergi entah kemana. Aku tidak bisa memastikan, apakah ia yang pergi menjauh ataukah aku yang melepaskan atau mengusirnya.
Anehnya, seringkali ia telah membersamaiku di saat aku lelah menunggu kehadirannya. Tidak jarang ia dengan mudah kuhampiri, di waktu yang lain ia sembunyi dalam samar-samar.
Nampaknya pak oma – begitu panggilannya – sering merasakan kesendirian ditinggalkannya. Ia berada di keramaian, namun baginya dunia ini sunyi senyap tak berpenghuni. Perkataanku pun tidak mempercerah keadaan ketika bersamanya, pada hari itu dan pada setiap kesempatan aku mendampinginya pulang.
Entahlah, aku tidak pernah berhasil menyaksikan “sang bahagia” bersamanya. Keramahan dan senyum lebar yang nampak, barangkali cukup menghibur orang di sekelilingnya. Sehingga acapkali teman-teman mencandainya ketika sering berjumpa Pak oma seusai sembahyang di masjid. Apakah memang kala itu “sang bahagia” sedang singgah ?
Tetapi sesaat kemudian, beratnya kehidupan yang ia jalani pun tertumpah dalam kalimat-kalimat yang tertuturkan dalam cedal stroke nya.
Mmm.. inikah sebabnya? Karena sakit stroke yang tak kunjung beroleh kesembuhan?
Bila ya, maka kesehatan baru saja menjadi tafsir dari bahagia.
Tapi tunggu dulu. Akan kutanyakan perihal tafsir yang lain kepada mereka yang hari ini sedang sangat bugar sehat wal afiat. Apakah kalian berpendapat yang sama ?
Bisa jadi tidak.
Pak oma memiliki kemapanan pekerjaan, kenyamanan kendaraan dan kemegahan tempat tinggal di perumahan melati mas, yang jauh lebih lapang dari satu petak kamar yang kutinggali bersama istri dan anakku dalam rumah mertua. Lemari, tempat tidur dan meja adalah kekayaanku selama empat tahun lebih menjalani pernikahan.
Namun kali ini kekayaan gagal hadir mewakili tafsir kebahagiaan dari pak oma.
Ijinkanlah aku bertanya, “apakah sejatinya yang mewakili kebahagiaan ?”.
Sudahkah kau mendapatkannya ?
Sekarang pak oma telah tiada.
Selamat jalan, pak oma. Mudahan kali ini engkau dalam rengkuhan “sang bahagia” di sisiNya.
Amin.
Hotel Merdeka Kediri, Room 132
Tidak ada komentar: