Bulan juli ini kami harus pergi dari rumah yang kami tempati sekarang. Karena pemiliknya tidak memperpanjang lagi rumah itu untuk kami kontrak kembali. Rencananya, akan ditempati sendiri oleh pemilik rumah.
Sesaat saya tertegun menyadari kenyataan ini. Bahwa pada saatnya memang kami harus pindah, meninggalkan rumah ini.
Dari awal memang sudah terbangun kesadaran dalam diri saya dan keluarga, bahwa rumah ini bukan milik kami. Kami hanya mengontraknya, untuk beberapa waktu yang disepakati.
Sudah dua tahun lebih kami menempatinya.
Karena merasa bukan milik kami itulah, maka kami pun tidak punya perasaan akan menetap di sini selamanya. Perabotan yang kami punyai juga termasuk perabotan yang portabel, yang setiap saat siap dibawa untuk pindah.
Apabila ada orang yang sibuk merancang bentuk dan dekorasi yang terbaik untuk rumahnya, maka kami pun tidak melakukan hal itu. Karena rumah ini memang bukan milik kami.
Kami hanya menjaga supaya rumah itu tidak rusak bagian-bagiannya, menjaga tetap bersih terawat, serta meminimalisir keausan beberapa instalasinya karena dimakan waktu.
Ketika anak-anak mulai tertarik untuk mencoret-coret dinding pun, kami siapkan diri untuk mengembalikan kondisi dinding itu seperti semula.
Insya Allah kami akan mengecatnya untuk itu.
Namun, mungkin kami tidak akan bisa melupakan dengan mudah segala kenangan aktivitas yang pernah terjadi di sini. Setiap pekan, kami pergunakan rumah ini untuk ta'lim pekanan. Bahkan bisa sampai tiga kali dalam sepekan diadakan majelis ta'lim.
Dalam musim kampanye dan pemilu legislatif kemarin, rumah ini dijadikan base camp untuk aktivitasnya. Mulai dari distribusi barang atribut kampanye, sampai dijadikan posko untuk rekapitulasi suara.
Alhamdulillah, beberapa momen terindah selama dua tahun lebih itu, bisa kami abadikan dalam cuplikan video dan gambar dengan kamera sederhana kami. Cukup mengobati kerinduan akan segala kenangan yang indah, dengan isteri dalam membesarkan dan mendidik anak-anak di lingkungan perumnas.
Tapi, rumah ini memang bukan milik kami. Kami harus pindah ketika pemiliknya mengambilnya kembali.
Mmm... itulah rumah di dunia. Hanya sementara.
Demikian dalam sejenak perenungan saya. Bahkan kefanaan dunia ini, tidak hanya memungkinkan kita pindah dari rumah satu ke rumah lainnya, melainkan juga harus pindah dari alam dunia ini ke alam kubur. Suatu kepastian yang tidak akan terelak dari siapapun.
Karena memang dunia ini bukan milik kita. Bahkan diri ini pun bukan milik kita. Ketika pemiliknya menghendaki, maka pasti akan diambilnya.
Kalaulah sekarang saya bisa membawa segala perabotan rumah ketika harus pindah tempat tinggal, maka tidak ada seseorang pun yang bisa membawa segala harta bendanya, ketika ia harus pindah dari alam dunia ke alam kubur. Betapapun ia mencintai semua itu.
Kiranya sudah semestinya, apabila kita tidak terlalu sibuk dan disibukkan dengan sesuatu yang tidak akan kita bawa 'pindah' ke alam kubur. Harta benda yang akan membawa manfaat bagi kita dalam menghadap Allah, hanyalah harta benda yang bisa kita 'konversi' menjadi amal sholeh dan amal jariah. Selebihnya, hanya akan memperberat pertanggungjawaban kita kepada-Nya. --- sebuah nasehat kepada diri sendiri.
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan"
(59. Al Hasyr :18).
Juli 2009.
Selamat Tinggal Cisadane Raya 122.
berkemas-kemas segera pindah.
Tidak ada komentar: