Kuliah Untuk Apa

Hari minggu ini saya mengikuti ujian UT, dari pagi sampai sore. Memang, saya menyadari bahwa niatan awal saya mengambil kuliah karena memanfaatkan waktu luang. Sedangkan untuk ke arah jenjang karier, saya tidak mempunyai minat yang besar untuk itu. Dan untuk kondisi saat ini, tidak memungkinkan saya kuliah yang rutin masuk tiap hari. Maka, UT menjadi pilihan yang realistis.

Tetapi, mungkin karena sudah terlalu lama saya tidak belajar berstatus mahasiswa, jadinya agak canggung juga. Merasa sudah tua untuk belajar, sudah tidak bisa mengikuti perkembangan dan sejumlah perasaan tidak nyaman lainnya. Saya juga menjalani semester pertama ini dengan 'asal jalan'.
Kurang beberapa hari dari hari ujian, saya baru membeli buku materi pokok untuk saya baca. Akhirnya saya membacanya ngebut, terutama tiga hari terakhir.
Ternyata, beberapa kajian yang saya baca tersebut, menarik dan bermanfaat apabila diimplementasikan dalam berorganisasi. Sampai-sampai saya berfikir, apakah tidak seharusnya, yang sudah S1 itu bisa bertindak selayaknya kualitas lulusan S1 ? Dari sisi memenej organisasi, keprofesionalan bekerja, kerapian struktur tindakannya, dan sebagainya. Maklumlah, selama saya banyak berinteraksi dengan teman-teman dalam berorganisasi, tidak banyak yang bekerja dengan cukup baik dan selayaknya. Apalagi kalau jargonnya adalah : profesional, bersih dan peduli. Ini harus dibuktikan !

Memasuki gerbang sekolah tempat saya ujian UT di cikokol, pertama kali yang saya temui adalah seorang bapak-bapak yang warna rambutnya sudah tidak semuanya hitam lagi, memakai peci, berjaket kuning. Yellow Jaket -- Ya, itulah jaket UT. Wah, ini mahasiswa UT, pikir saya.
Apakah kalau ujian harus pakai jaket ? Wah, bapak ini disiplin sekali.
Maka ketika bapak itu duduk, saya pun menegur bapak itu terlebih dahulu, dengan menanyakan ruangan kelas tempat ujian. Tetapi bapak itu tidak banyak menjawabnya, dan langsung mencari ruangan kelas tempat ujian. Saya juga mencari ruangan kelas saya.

Sebuah ruangan kelas SMA yang saya temui, beberapa kursi sudah terisi oleh peserta ujian. Ternyata pesertanya sangat beragam, tua dan muda, laki dan perempuan. Ada yang berpakaian rapi, ada yang cukup sekedar sopan saja. Bahkan saya tersenyum waktu ada peserta yang mencium tangan peserta lainnya. Ternyata itu adalah mantan gurunya, sekarang satu ruangan -- sama-sama mahasiswa. :)

Tidak lama kemudian pandangan saya tertuju kepada bapak-bapak yang fisiknya terlihat lebih tua dibandingkan dengan yang pertama saya temui tadi. Rambutnya juga hanya sedikit yang hitam. Beliau, dengan kacamatanya sedang sibuk membaca catatan yang ditulis dalam folio yang dilipat dua memanjang (mengingatkan saya pada bentuk contekan yang lazim dipakai sewaktu sekolah dulu).
Bapak ini menyiapkan contekan kah?

Ada juga ibu-ibu, yang tampilan fisik dan pakaiannya mengingatkan saya pada ibu saya. Sebegitu semangatkah mereka menuntut ilmu.
Saya jadi malu melihatnya. Seharusnya saya yang jauh lebih muda, harus lebih bersemangat dibandingkan mereka. Bukankah semangat besar, selayaknya terdapat pada diri seorang pemuda?

Ketika ujian berlangsung, beberapa peserta memang merealisasikan niatnya untuk menyontek.
Kalau yang ini, nggak muda-nggak tua, kalau mau nyontek, ya.. nyontek aja. Apalagi pengawasnya sekedar basa-basi. Mungkin saja, yang nyontek tersebut pingin cepat lulus dengan hasil yang baik. Mungkin saja, kalau sudah lulus, status sarjananya tersebut sangat diperlukan untuk sesuatu di luar sana. Mungkin saja, mereka sudah belajar tapi nggak ada yang nyangkut di kepala.
Begitulah, saya mencoba merasionalisasi tentang 'mengapa mereka menyontek'.
Kalau mereka sebagai orang tua, tentunya akan susah untuk memberikan motivasi belajar kepada anaknya. Toh, dengan menyontek bisa dilakukan waktu ujian. Apalagi --konon kabarnya -- di negeri ini, seorang siswa yang awalnya tidak ingin menyontek pun, akan diberitahu jawaban oleh gurunya. Wah, sepertinya terlalu jauh kita bicara ke situ. :(

Alhamdulillah, hari pertama ujian kemarin, saya mendapatkan pelajaran yang tidak diajarkan dalam materi perkuliahan.
Insya Allah, saya akan lebih bersemangat.

Jadi, saya menasehati diri saya sendiri : "Tuntutlah ilmu sepanjang hayat dikandung badan, dengan niat yang benar".

Kuliah Untuk Apa Kuliah Untuk Apa Reviewed by anisvanjava on Mei 18, 2009 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.