Sang Ibu Sang Pekerja

Suara samar-samar seorang ibu yang sedang berbicara dibelakang saya itu, perlahan tapi pasti menjadi cukup jelas terdengar. Keheningan musholla lt.4 gedung tua, menghantarkan dialog seorang ibu dan seorang anak balitanya melalui telepon seluler itu, terekspresikan dengan jelas.

Pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang bersimpang siuran, mendominasi rekaat terakhir sholat dhuha ini. Suara sang ‘kakak’ yang diberikan instruksi oleh sang ibu untuk menjaga ‘adik’ nya di rumah, mengundang iba. Tentu bukan kehendak sang kakak, ketika dunia mainnya tersita oleh sebuah tugas, yang seharusnya menjadi kewajiban sang ibu.

Kegagalannya dalam memberikan panduan bagi sang kakak untuk menjaga adiknya, membuat sang ibu semakin gelisah. Alat komunikasi yang berada digenggamannya hanyalah simbol ketidakberdayaan dalam mencurahkan kasihnya bagi buah hati yang menangis tiada henti, nun jauh disana.

Satu ikatan di tempat kerja ini, cukup untuk membuatnya tidak bisa beranjak tanpa alasan yang jelas. Sementara ikatan batin pada sang buah hati, membuat hari-harinya laksana jasad tanpa jiwa.

Tidak cukup kuat bagi saya untuk menjadi saksi yang membisu atas fragmen hidupnya. Cukuplah menambah referensi di kepala ini, bahwa hal ini pernah ada. Tanpa perlu telaah lebih lanjut. 

Mbak N*** mengirim berita kemenangan nuraninya via sms kepada saya, ketika memutuskan keluar dari tempat kerjanya. Sms ini menggelisahkan saya, karena pernah terlontar dari mulut saya dengan lugas ,” kalau memang mau kerja, jangan banyak ngeluh ! “.

Kekeluan hati dan pikiran ini dalam mencoba menyadari bahwa semuanya hanyalah pilihan-pilihan hidup mereka, menjadikan langkah kaki ini  tertahan karena merasa tidak enak untuk mendahului seorang ibu yang hampir seusia ibu saya, terengah-engah mengejar finger print.

Ibu hamil dalam pakaian dinasnya yang memegang paha karena pegal meniti jembatan penyeberangan, padahal belum lama berselang dalam ingatan saya, ia terlihat sibuk menyiapkan perlengkapan untuk menampung ASI, disela-sela jam kerjanya.

Kecupan ibu kepada bayinya mewarnai rutinitas farewell ceremony setiap pagi, sebelum merelakan buah hatinya itu ke tangan pembantunya….

Hanya helaan nafas panjang untuk yang kesekian kalinya, ketika hari ini saya membaca status seorang teman yang juga seorang ibu dalam mengakhiri karirnya di kantor ini , “ the last day “.

Hmm ...
Hidup memang pilihan...

Sang Ibu Sang Pekerja Sang Ibu Sang Pekerja Reviewed by anisvanjava on Juni 30, 2010 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.