Ini adalah purnamamu saat safar 1443 h. Tampak dari langit Karawaci, yang difoto oleh Taqi usai pulang shubuhan dari Syuhada.
Bila diperbesar gambarmu, akan tampak lukisan permukaanmu yang penuh relief. Aku tak terlalu menghiraukan wajahmu. Biarkan saja engkau tetap setia menatapku. Barangkali akan ada yang akan kamu sampaikan. Atau engkau akan mengingatkanku lagi bahwa suatu saat nanti engkau akan bersaksi tentang apa yang telah kulakukan bersama hari-hari dunia. Entahlah ini purnama yang ke berapa dalam hidupku. Pesanmu sudah kumengerti.
Kali ini ada awan yang sedikit menutupi pesonamu di KM 391. Ya, kau benar. Aku sedang dalam perjalanan menyusuri jalur utara, menjelang shubuh terasa dingin di teras Sabiilun Najah ini. Hembusan angin menyayupkan bunyi langkah kaki orang-orang yang enggan berkata-kata. Mereka kelelahan, juga didera rasa kantuk. Satu dua mobil besar mengelebatkan sorot lampunya di jalan raya.
Sebentar kan kucerita kepada Pencipta-Mu. Aku juga mau berterimakasih pada-Nya. Aku terharu karena Ia telah menemaniku hingga kini. Sejauh Ini. Juga sejauh perjalanan hidupku ini.
Bolehkah aku pinjam sebentar catatanmu. Tentang kesetiaan dan pengabdian pada Yang Maha Kuasa juga tentang komitmen hamba kepada penciptanya. Aku ingin setiap kali ku menatapmu, akan mengingatkanku pada semua catatan-catatan itu. Karena aku memerlukan semuanya.
Aku senantiasa terpaut dengan semua keluargaku dan semua saudara-saudaraku setiap kali mendapatimu di sana. Kami yang saat ini berpijak sejangkauan cahayamu akan segera mengerti bahwa yang kami tatap adalah purnama yang sama. Hingga tentramlah jiwa meski tidak mungkin bagi kami untuk selalu bersama. Karena penciptamu dan pencipta kita semua yang akan selalu menjaganya. Saat bersama dan berpisah adalah irama dunia fana. Namun dalam masa yang kekal nanti, semoga Allah SWT berkenan mengumpulkannya kembali.
Aku senantiasa terpaut dengan semua keluargaku dan semua saudara-saudaraku setiap kali mendapatimu di sana. Kami yang saat ini berpijak sejangkauan cahayamu akan segera mengerti bahwa yang kami tatap adalah purnama yang sama. Hingga tentramlah jiwa meski tidak mungkin bagi kami untuk selalu bersama. Karena penciptamu dan pencipta kita semua yang akan selalu menjaganya. Saat bersama dan berpisah adalah irama dunia fana. Namun dalam masa yang kekal nanti, semoga Allah SWT berkenan mengumpulkannya kembali.
Sebentar lagi kau akan meneruskan perjalananmu, hilang dari pandanganku. Sampai berjumpa lagi, bila pencipta kita menghendaki.
“Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga.”
Purnama Safar
Reviewed by anisvanjava
on
September 21, 2021
Rating:
Tidak ada komentar: