Blok M - Lebak Bulus seratus perak

Pengalaman mendorong mobil patas 46 yang mogok sepulang kantor, saya anggap sudah biasa. Walaupun kesal dan capek, tapi saya berusaha memakluminya. Apalagi kalau mengingati bahwa saya juga pernah membuat para awak angkutan umum itu kesal, walaupun tidak sengaja.

Waktu itu, tarif angkutan umum metromini rute Blok M - Lebak Bulus masih seribu rupiah. Sepulang kantor saya rutin naik dari terminal Blok M.

Sore itu karena tidak mau berdiri, saya nyari metromini yang agak kosong. Saya segera menempati kursi dibelakang sopir. Tidak lama kemudian metromini itu sudah penuh.

Dan seperti biasanya, beberapa pemuda pengamen naik. Ada yang nggitar, nyanyi dan tepuk tangan. Tapi saya tidak memperhatikan mereka. Saya cuek saja. Belum lama mereka nyanyi, seseorang menyenggol-nyenggol pundak saya. "Belum lama nyanyi, sudah minta recehan",pikir saya. Saya beri dia uang seratus perak.

Tapi dia protes, "Apa ini".

"Adanya cuma itu", kata saya.

"Apa?", dia berkata lagi.

"Adanya cuma itu", kata saya agak keras. "Baru sebentar ngamen juga, sudah minta uang, diberi seratus perak, masih protes", kata saya dalam hati.

Sopir yang tepat di depan saya akhirnya melerai kami, "Sudah, sudah ..., biarin".

"Wah, baik juga nih sopir, mbelain saya", pikir saya.

Laki-laki itu akhirnya meninggalkan saya.
Tapi ada keanehan yang mulai membuat saya gelisah. Beberapa penumpang, menyumbang uang seribu rupiah kepada orang itu. Bahkan semua penumpang yang di samping kiri saya, samping kanan saya, di kiri depan saya, semuanya memberi uang seribu rupiah. Ada yang ngasih uang, trus.. pakai kembalian.

Wah.. jangan-jangan, orang itu keneknya. Tadi dia narikin ongkos ke saya.
Dan, ternyata memang benar dia keneknya. Dia mulai berteriak-teriak menjalankan tugasnya sebagai kenek.
Waduh. Malu saya.

Mau manggil dia lagi, saya sudah terlanjur malu. Karena sebelumnya saya merasa bangga karena 'melawan' pengamen yang maksa-maksa.
Nengok kanan kiri pun saya sungkan.

"Bagaimana ini?. Ya sudahlah, lagi pula sopirnya sudah 'mengikhlaskan' tadi. Nanti aja saya sedekah, niatnya untuk sopir dan keneknya untuk 'nebus dosa' ", begitu kata saya menghibur diri.

Metromini itu terasa lama jalannya. Sampai Lebak Bulus, saya langsung turun tanpa menengok kanan dan kiri, --menghilang di kegelapan malam.

nb :
buat pak sopir dan keneknya, saya mohon maaf. Semoga Allah swt mengaruniakan kemudahan jalan untuk mencari rezeki.

Blok M - Lebak Bulus seratus perak Blok M - Lebak Bulus seratus perak Reviewed by anisvanjava on Oktober 16, 2008 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.