Deddy Corbuzier Bukan Tukang Sulap

Deddy-Corbuzier Beberapa trik permainan sulap dimainkan oleh Deddy Corbuzier. Ada yang menarik dan ada yang biasa-biasa saja. Di antara yang saya ingat adalah sulap kartu dan menebak tulisan yang tersembunyi. Tetapi justru yang paling melekat dalam ingatan saya adalah ketika ia mengatakan, “ Saya bukan Tukang Sulap. Saya adalah seorang mentalist”.

Kelihatannya sama saja yang dilihat orang. Apalagi kebanyakan orang tidak mengetahui persis apa sejatinya mentalist itu. Karena pada kenyataannya yang menjadi tontonan orang adalah perbuatan sulap menyulap dengan variasi trik-triknya.
Tetapi, deddy bersikeras, “Saya Bukan Tukang Sulap !”.  “Saya memang seperti ini, baik di panggung maupun di luar panggung. Baik di layar televisi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Anda bisa lihat wajah saya !”, katanya meyakinkan.

Entah apakah artinya seorang mentalist itu sebenarnya. Saya terkesan dengan pilihannya yang melekat dan menjadi ciri khasnya itu. Membentuk kepribadian seorang deddy corbuzier. Dan itu berhasil. Ciri khasnya itu adalah model rambutnya, pakaian dan warna hitam yang dipakainya, tatapan matanya, gaya berjalan dan berbicaranya. Deddy memang bisa menyulap, tetapi ia bukan tukang sulap. Bahkan, saat sedang tidak tampil dalam sebuah pertunjukan pun deddy tetap nampak sebagai orang yang menarik, lengkap dengan keyakinan dan persepsi orang bahwa setiap saat ia bisa menebak jalan fikiran orang, ia bisa menghipnotis orang, ia bisa menukar kartu permainan, ia bisa mengubah kertas jadi uang, bisa mengeluarkan air putih dari gelas kosong di saat kehausan dan sejumlah kebisaan lainnya. Wa
laupun sejatinya ia tidaklah sedemikian hebatnya.
Itulah pengaruh yang ditimbulkan oleh sesosok pribadi yang mempunyai karakter. Tanpa perlu berbicara banyak, orang akan tertarik, terpengaruh, yakin dan kemudian mengikutinya. Tentu hal-hal seperti ini akan membawa manfaat yang besar jika dipergunakan untuk sesuatu yang positif dan membangun.
Begitu pula sejatinya dengan kepribadian seorang muslim. Muslim adalah sebuah kepribadian dan bukan sebatas status. Melekat sepanjang hayat.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
(QS. 3 : 102)
Ia pun menjadi pembeda dengan kepribadian seorang kafir dan kepribadian seorang munafik. Masing-masing punya ciri-ciri sendiri-sendiri. Salah satu ciri seorang muslim adalah :
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”
(QS. Ali Imron: 110)
kopiah Maka menjadi penyeru yang ma’ruf tidak dibatasi oleh jam tayang, waktu manggung atau jadwal show.  Nah, menjadi aneh kalau kemudian ada yang menjadikan da’i sebagai sebuah profesi. Menjadi da’i terikat dengan jam kantor, jam siar atau waktu tabligh saja. Sementara di luar jam itu, dilepaskanlah predikat da’inya seiring dengan lepasnya kopiah di kepalanya atau ditanggalkannya jubah yang ia kenakan. Kualitas ke –da’i anya di hargai dari seberapa pandai ia berpantun, seberapa lucu ia melawak, seberapa puitis ia berorasi, atau seberapa gagah penampilannya.  Perilaku di panggung sangatlah berbeda dengan kesehariannya di rumah, yang tidak sesuai dengan norma-norma seorang muslim. Bahkan ada seorang yang bergelar ustadz, tetapi merangkap kerjaan sebagai dukun !.

Maka masyarakat menjadi kecewa. Mereka terlanjur menempatkan da’i dalam posisi yang dihormati. Sudah saatnya hal ini membuka wawasan kita, bahwa da’i adalah sebuah kepribadian. Lebih luas dari itu, sejatinya setiap muslim adalah penyeru atau pendakwah bagi islamnya. Tidak perlu menyandang status sebagai da’i untuk bisa berdakwah. Sangat luas medan dakwah yang bisa dipergunakan. Dalam kondisi apapun, di berbagai belahan bumi manapun dan sepanjang hidup kita, sepanjang itulah dakwah menjadi misinya.

Karena sejatinya prinsip seorang muslim adalah,”nahnu du’at qabla kulli syai’, dan bukan ‘Tukang Dakwah’.
Deddy Corbuzier Bukan Tukang Sulap Deddy Corbuzier Bukan Tukang Sulap Reviewed by anisvanjava on Februari 01, 2012 Rating: 5

1 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.