Kenali Musuhmu

Abraham Samad KPK Abraham Samad adalah KPK. Itulah yang ada di opiniku, meskipun tidak berlaku sebaliknya. Ketika jum’at pagi terlihat satu penerbangan dengannya menuju makassar, maka seketika pula teringat akan kisah pertikaian antara KPK dan Polisi yang baru panas panasnya di pekan ini.  KPK menahan irjen Djoko, selanjutnya polisi menggeruduk KPK untuk menjemput paksa Novel Baswedan – seorang polisi yang kini menjadi penyidik KPK, anak buah Samad.

Perseteruan KPK dan polisi ini kian meruncing. Cicak dan buaya kembali bermusuhan !. Saling serang. Kalau KPK adalah Komisi Pemberantasan Korupsi maka apakah ini artinya KPK akan memberantas polisi?. KPK yang terbentuk lebih belakangan dibanding polisi seolah menjadi musuh baru bagi polisi. Lalu, siapakah sesungguhnya musuh KPK? Dan siapakah sebenarnya musuh polisi?.

Di pekan ini partisipasi permusuhan juga muncul dari para warga.  Perang saudara warga dua desa, lewobunga dan lewonara kecamatan adonara timur berlangsung sengit. Ibu-ibu dan anak-anak dievakuasi untuk menghindari peperangan yang menggunakan senjata tajam itu. Korban-korban sudah berjatuhan dari kedua pihak yang berhadap-hadapan dalam perebutan tanah sengketa. Flores timur ini memang nun jauh di sana dari ibukota, tetapi yang namanya perang tetaplah perang, musuh tetaplah musuh. Dan musuh harus dihancurkan.  Akan tetapi, benarkah musuh mereka adalah  tetangga desa sendiri. Sudah tepatkah kerabat sebelah kampung itu dijadikan musuh untuk menuntaskan amarah kesumat?

Pantas saja anak anak dengan seragam pelajar sudah terlebih dahulu melakukan pembunuhan. Karena mereka sudah hafal menyaksikan sang guru kencing berdiri. Satu sekolah sudah sepakat bahwa musuh bebuyutan mereka adalah anak sekolah seberang. Ini adalah permusuhan turun temurun. Demi solidaritas kepada para pendahulunya, maka kekerasan ini dilestarikan dari tahun ke tahun. Rencana harian dengan berbekal senjata tajam sudah tersusun rapi, “bagaimana cara membunuh anak sekolah sebelah!”. 

Bukan hanya kemirisan menyaksikan ratapan sang ayah dalam pemakaman sang anak di TPU pedurenan tangerang kemarin, tetapi kebingungan yang terlihat menyeruak di wajah para anak-anak yang kehilangan acuan perihal siapakah sejatinya yang layak mereka musuhi.

Lain lagi dengan keadaan biduk rumah tangga seorang sahabat yang dilanda prahara. Sang suami telah mendefinisikan sang istri sebagai musuh yang harus disingkirkan. Perlawanan yang setimpal dari sang istri pun demikian, hingga sang suami harus pula merasakan kesakitan yang sebanding. Sakit hati harus dibalas. Pengorbanan ini bukan lagi atas nama cinta, karena kali ini mereka bertemu untuk bermusuhan. Seorang laki-laki ditakdirkan menjadi suami adalah untuk bermusuhan dengan istri, dan seorang perempuan ditakdirkan menjadi istri adalah untuk memusuhi suaminya. Begitukah ? Lalu siapakah sebetulnya musuh suami atau istri itu ?

Kegagalan mengidentifikasi diri dengan tepat telah mengacaukan sasaran permusuhan. Kawan, kerabat dan mitra malah dimusuhi, sedangkan musuh bebuyutan malah diakrabi. Permusuhan memang harus terus dikobarkan. Karena keangkaramurkaan telah menjadi musuh abadi kebenaran, maka permusuhan terhadapnya menjadi tuntutan perjuangan.

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala. (Faatir: 6)

“Kenalilah musuhmu, kenalilah diri sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam seratus pertempuran tanpa resiko kalah. Kenali Bumi, kenali Langit, dan kemenanganmu akan menjadi lengkap.”
(Sun Tzu)

Mari terus kobarkan permusuhan !

 

TiketGA0642 GTOIMG_4196

Gorontalo, Awal Oktober 2012

Kenali Musuhmu Kenali Musuhmu Reviewed by anisvanjava on Oktober 05, 2012 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.