Di saat kisah yang lain bertutur perihal badui yang dengan kasar menarik kain dari tubuh Rasulullah yang membuat leher beliau merah menggurat, atau kisah badui yang mengencingi masjid hingga Umar membuncah amarah untuk memenggal lehernya. Kali ini seorang badui mengukir kisah bersama Rasulullah saw dengan indahnya.
Adalah seorang laki-laki arab badui datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengimani apa yang dibawa oleh beliau dan mengikutinya. “Aku akan berhijrah bersamamu,” ucapnya tegas.
Pada Perang Khaibar, Rasulullah membagikan ghanimah kepada kaum muslimin yang membuat mereka bergembira. Akan tetapi ketika sahabat membagikannya kepada badui, “Apa ini?” ia menolaknya.
“Ini adalah bagian ghanimah untukmu yang berasal dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,” jawab sahabat.
Laki-laki badui itu terpaksa mengambil bagian ghanimah itu. Tetapi kemudian dia menghadap Rasulullah. “Harta apakah ini?” pertanyaan itu kembali diucapkannya di hadapan Nabi.
“Ini adalah bagian ghanimah yang aku bagi untukmu.” jawab Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam.
“Bukan karena perkara ini aku mengikutimu, akan tetapi aku mengikutimu karena aku ingin agar suatu saat nanti aku terkena lemparan panah di sini –sambil menunjuk ke lehernya– sehingga aku terbunuh dan masuk jannah karenanya,” ujarnya lantang.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika engkau jujur kepada Allah, maka Allah akan membenarkanmu.”
Selanjutnya kecamuk perang kaum muslimin menyerbu musuh. “Apakah dia orang yang kemarin?” Rasulullah bertanya kepada para sahabat perihal jasad badui yang dibawa menghadap beliau dengan panah menancap di leher.
“Benar ya Rasulullah,” sahabat menguatkan bukti anak panah itu tepat di tempat yang ditunjuk badui.
“Dia telah berbuat shiddiq kepada Allah , maka Allah berbuat shiddiq kepadanya.” Selanjutnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam mengkafaninya dengan baju besi milik Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau mendoakannya, “Ya Allah, ini adalah hamba-Mu, dia keluar untuk berhijrah di jalanMu dan terbunuh sebagai syahid. Dan aku bersaksi atas perkara itu.”
Karena kejujurannya, Allah swt menyampaikan laki-laki badui itu kepada maksudnya.
Rasulullah SAW mensifati seorang mukmin dalam sebuah hadits ketika beliau ditanya, “Apakah seorang mukmin bisa menjadi penakut?”
‘Ya,” jawab beliau.
Ditanya lagi: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi bakhil?”
‘Ya,” kembali beliau memberi jawaban.
Lalu ditanya lagi: “Apakah seorang mukmin bisa menjadi pembohong?”
Beliau menjawab: “Tidak!”
Jelaslah. Karena memang pembohong dan pendusta dialah orang munafik.
Inilah yang menggelisahkan Ka’ab, meski kebanyakan orang menduga bahwa ketidaksertaan mereka dalam perang tabuk tidak akan diketahui oleh Rasulullah kecuali ada wahyu yang turun. Musim panen buah-buahan itu memang semakin memperberat siapapun untuk berangkat ke medan perang. Dan itu terbukti.
Sempat terfikirkan olehnya untuk melakukan kebohongan dengan menyampaikan alasan-alasan berharap dengannya ia dapat terlepas dari kemurkaan Rasulullah SAW, sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang lain. Namun ketika mendekati saatnya bertemu dengan Rasulullah, ia singkirkan kedustaannya, “kutahu bahwa aku tak akan selamat dari kemurkaan Rasulullah kecuali dengan kejujuran.”
Tetapi justru karena kejujurannya itu Ka’ab menerima hukuman. Dikucilkan dari pergaulan kaum muslimin, keluarga dan dari Rasulullah. Sungguh hal yang sangat tidak mudah untuk ditanggung terlebih dalam kurun waktu yang lama. Ia tidak berubah tekad meski tawaran menggiurkan diberikan oleh musuh-musuh islam.
Hingga Allah swt memberikan ketetapanNya,
“Sungguh, Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Ansar, yang mengikuti Nabi pada masa-masa sulit, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada mereka. Dan terhadap tiga orang yang ditinggalkan. Hingga ketika bumi terasa sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah (pula terasa) sempit bagi mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksaan) Allah, melainkan kepada-Nya saja, kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat, Maha Penyayang. Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar.”
(QS. At-Taubah: 117-119).
Ka’ab bin Malik berujar, “Demi Allah, tidak ada nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadaku setelah Allah menunjukkanku kepada Islam yang aku anggap lebih besar dari kejujuranku kepada Rasulullah. Seandainya aku berdusta, maka aku akan celaka sebagaimana orang-orang yang berdusta.
Bagi seorang muslim, kejujuran ini akan menjadi pembuktian keimanannya. Apakah ia jujur kepada Allah dengan segera merespon panggilanNya baik dalam keadaan berat maupun ringan, ataukah ia menyengaja memperlambat dan bermalas-malasan sambil menyiapkan berbagai alasan.
“Kita semua akan mati, baik nanti maupun sekarang. Baik oleh kanker maupun oleh apache. Dan aku lebih memilih apache” (Abdul Azis Rantisi)
Sabtu, 25 Shafar 1425/ 17 April 2004, Dr. Abdul Aziz Rantisi gugur bersama tiga orang lainnya di utara Jalur Gaza dalam sebuah serangan udara apache Israel yang menghancurkan mobil mereka. Ia telah jujur dengan ucapannya.
Di sini, kita pahat prasasti kejujuran itu dalam amanat dan ujian kehidupan. Di sini anak-anak kita belajar mengukir prasasti kejujuran dalam ujian kehidupan melalui ujian sekolah yang dilaluinya.
Apakah ia berlaku jujur untuk kini dan kehidupan seterusnya …
| Karena Kejujuran Adalah Pangkal Keselamatan Seorang Mukmin |
#--------------------
halaqah lesehan mumunggang, punclut atas, lembang.
tadabbur pemandangan daratan bandung,
ahad, 5 mei, ba’da shubuh.
Tidak ada komentar: