Alhamdulillah ibu ibu itu mengingatkanku, bahwa secara fisik keadaanku tidak lebih dari seorang pelayan toko. Seperti siang itu di sebuah minimarket ketika seorang ibu bertanya kepadaku perihal letak perabot rumah tangga yang akan dibelinya. "Mas, ember yang ukuran besar dimana ya?". Padahal aku juga mempunyai kepentingan yang sama dengannya, yaitu sama sama mencari barang keperluan. "Wah, saya tidak tahu, bu?", jawabku singkat. Sejenak ibu itu memandangiku heran, "oh, maaf ya".
Beruntung pula penumpang bis malam itu mengingatkanku, bahwa secara penampilan keadaanku tidak berbeda dengan penjaga toilet rumah makan. Seperti malam itu ketika bis malam yang aku tumpangi berhenti di sebuah rumah makan jalur pantura. Penatnya badan dan kondisi kantuk mengantri musholla membuatku merasa nyaman untuk sekedar duduk barang sebentar. Tampaknya tempat duduk ini sengaja mengerti keadaanku, sehingga tidak berpenghuni. Lantas kemanakah gerangan penghuni kursi ini. Entahlah.
Sebentar kemudian seorang bapak menaruh uang recehan di atas kotak sumbangan tepat disebelahku. Tapi kenapa ia tidak langsung memasukkannya. Ia letakkan begitu saja. Aku sudah tahu maksudnya akan membayar 'uang pakai' kamar kecil sebelah, maka segera kumasukkan uang itu kedalam kotak sumbangan. Begitu pula orang orang setelahnya, meletakkan uang di atas kotak sumbangan, tidak langsung memasukkannya. Dan dengan pemakluman segera kemudian aku pun memasukkan uang itu ke dalam kotak. Mmm... Sampai saatnya seorang ibu kembali dari kamar kecil, sepertinya ia tidak jadi menunaikan hajatnya. Dan benar saja, ia komplain "mas, toilet yang sebelah sana kok nggak ngalir ya airnya". Aku kaget. "Oh, maaf bu saya tidak tahu".
Begitu pula pagi itu di jalan seberang depan gedung MPR, aku diturunkan oleh bis kota. Jam sudah menunjukkan pemberlakuan three in one. Sedang jarak ke kantor masih sekilo lagi. Tapi dari tadi aku menyetop kendaraan tidak ada yang berhenti. Bahkan taksi pun demikian. Aku menengok kanan kiri. Oh, berderet orang laki laki dan perempuan, tua dan muda melakukan hal yang sama denganku, menyetop kendaraan. Tapi jelas mereka bermaksud lain. Mereka menawarkan jasa joki three in one.
Kupandangi badanku sendiri, dari atas sampai sepatu. Ternyata memang susah dibedakan dengan penampilan para joki itu. Malah ada beberapa joki yang penampilannya lebih perlente. Apakah karena ini lantas kendaraan kendaraan itu tidak mau berhenti ketika aku stop ya?. Mungkin kendaraan itu susah membedakan apakah aku memang menyetopnya ataukah menyetop kendaraan lain untuk menawarkan jasa three in one.
Ah, memang aku kurang tepat berdiri di sini.
Penampilan fisik seringkali melenakan seseorang, membuatnya menjadi sombong. Misalnya karena lebih keren dibanding pelayan toko, lebih perlente dibanding joki three in one atau lebih gagah dari penjaga toliet umum. Hingga akhirnya merasa paling baik dari orang lain dan meremehkannya. Inilah kesombongan yang sesungguhnya. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.
Padahal Sang Pencipta kita mempunyai kriteria sendiri dalam menentukan siapakah manusia terbaik itu. Rasulullah dalam beberapa kesempatan menyampaikannya :
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutang.” (Muttafaqun ‘alaih).
Betapa beratnya membayar hutang, seakan tidak pernah teringat bagaimana dulu ia mengharap kasihan sewaktu berhutang. Perilaku ini tidak hanya menjangkiti orang miskin, karena di negeri ini tidak sedikit orang kaya bahkan konglomerat yang ‘ngemplang’ hutang.
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Muslim memang mayoritas di negeri ini. Tetapi tidak semua muslim akrab dengan kitab sucinya, tidak pernah membacanya bahkan tidak bisa membacanya. Tidak ada keinginan untuk mempelajarinya, lantas bagaimana ia akan mengajarkannya.
“Sebaik-sebaik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan sedangkan keburukannya terjaga…” (HR Tirmidzi).
Sungguh terasa nyata kebaikan seseorang ketika keberadaannya selalu diharapkan. Kehadirannya membawa manfaat. Sedangkan ada orang yang justru lebih diharapkan ketiadaannya karena membawa kerusakan, naudzubillah min dzalik.
“Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR Tirmidzi)
“Sebaik-baik kalian islamnya adalah yang paling baik akhlaq jika mereka menuntut ilmu.” (HR Ahmad)
“Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan makanan.” (HR Ahmad)
“Wahai Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia?” beliau menjawab: “Siapa yang paling panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR Tirmidzi).
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (Shahihul Jami’ -3289).
وَلاَ تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلاَ تَمْشِ فِي اللأَرْضِ مَرَحاً إِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَجُوْرٍ 18
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Luqman:18)
Kesombongan tidak hanya tiada berguna, tetapi kesombongan akan mencelakakan.
Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sekecil dzarrah.
La haula wa la quwwata illa billah.
introspeksi diri - RedTop Hotel & Convention Center, Room #1132
Juni 2013
Tidak ada komentar: