Abqori --anak saya yang pertama-- biasa memanggil dirinya dengan : Bang Oi.
Mengarahkan Abqori untuk tenang pada saat sholat berjamaah berlangsung, tidak mudah. Cukup susah untuk tenang. Menengok kiri kanan, meloncat-loncat, mendahului gerakan imam dalam sholat, bahkan berjoged saat mendengar ringtone HP makmum lain yang menarik.
Alhamdulillah, mulai berkurang hal-hal di atas. Kecuali saat ini masih suka mendahului gerakan imam dalam sholat. Sebelum imam ruku', Abqori sudah ruku'. Pada waktu imam ruku', Abqori sudah sujud. Dan waktu imam sujud, Abqori sudah berdiri. Begitu pula saat tahiyyat akhir belum selesai, Abqori sudah salam penutupan dan berdo'a dengan menengadahkan tangan sambil bersuara, "Robbighfirli waliwalidayya ....'. Dilanjutkan dengan, "Robbana Atina fiddunya hasanah ....".Tindakan 'selangkah lebih maju' ini cukup mengganggu kekhusyu'an makmum-makmum sholat berjamaah di masjid.
Maka setelah sholat selesai, kembali saya memberikan 'kultum' kepada Abqori. "Abqori, kalau sholat berjamaah, tidak boleh kita mendahului gerakan imam".
Biasanya mendengar nasehat itu Abqori bilang , "ya".
Tetapi waktu itu Abqori bilang , "Bang Oi kan sudah hapal gerakan sholat, jadi bisa duluan".----------???
Abqori tidak sedang membuat lelucon, ia serius menyampaikannya. Maka saya pun melanjutkan 'kultum' saya ," iya.. tapi walaupun sudah hapal, yang namanya sholat berjamaah itu, makmum harus mengikuti imam. Tidak boleh mendahului gerakan imam".
Kali ini Abqori mengangguk.
Dalam hal inilah, kadang kita juga bersikap seperti Abqori tadi. Dalam sebuah tim, yayasan, organisasi atau jamaah, lebih memilih berbeda dengan imam dalam sesuatu yang sudah disepakati bersama.
Pada hakekatnya kita sedang sendirian, walaupun shaf nya masih bersama-sama dengan jamaah yang lain. Pahala berjamaah tidak kita dapatkan.
Jadi, mengapa repot-repot ikut tim, yayasan, organisasi atau berjamaah kalau ternyata nilai amal kita sama dengan amalnya satu orang kita. "Cape deh", istilah Abqori.
Kita semua berhati-hati dari terpengaruhinya oleh aliran Abqori-yah (bukan Ahmad-iyah), dengan dalil ," Saya sudah hapal ! ".
Tidak ada komentar: