Penjual Dodol Itu Tidak Dipercaya Lagi

Di sebuah pemberhentian bis malam yang saya tumpangi, naiklah seorang penjual dodol. Penjual itu membawa beberapa kotak dodol yang terbungkus rapi. Setelah bis kembali berjalan, penjual itu mulai menawarkan barang dagangannya.

penjual Penjual dodol : " Bapak, ibu dan saudara-saudara sekalian, dodol saya ini sudah bekerjasama dengan perusahaan bis ini, sehingga sudah resmi dan rutin saya berjualan di bis ini. Untuk bapak, ibu dan saudara-saudara sekalian, kali ini saya membawa dodol yang istimewa terbuat dari bahan pilihan, rasanya lezat, cocok untuk oleh-oleh. Sehingga tidak salah lagi apabila .... "

Begitulah penjual itu mengurai keunggulan produknya. Saya tidak ingat persis berapa harga yang ia tawarkan waktu itu, untuk satu bungkus dodolnya, tetapi yang pasti ia memulai menawarkan dodolnya dengan harga tertinggi.

Penjual dodol : "Ya.. ini yang murah, dua puluh ribu tiga bungkus. Dijamin tidak menyesal, .....".

Tetapi penumpang tidak ada yang merespon. Para penumpang bis diam saja. Setelah beberapa saat, penjual itu menurunkan harga penawarannya.

Penjual dodol : "Dodol ini sudah sering buat oleh-oleh, biasanya dijual mahal, tapi di bis
ini saya jual lima belas ribu saja, tiga bungkus tidak apa-apa ...".

Para penumpang tidak tertarik juga. Mereka diam saja.Dari depan ke belakang, penjual itu menghampiri penumpang. Namun tidak satu bungkus pun dodolnya yang terjual.

Penjual dodol : "Tidak apa-apalah saya kasih murah. sepuluh ribu saja, tiga bungkus.
Untuk bapak, ibu-ibu sekalian, tidak apa-apa, ayo ... sekalian saya bungkuskan. Cocok
untuk oleh-oleh buat keluarga di rumah".

Entah apa yang sedang terjadi dengan para penumpang bis. Termasuk saya, yang memilih menuruti rasa kantuk, daripada membeli dodol yang katanya murah itu. Jadi, sampai beberapa waktu bis itu berjalan, tidak satu pun penumpang yang membeli dodol.

Sepertinya penjual dodol mulai gelisah, karena bis malam itu sudah berjalan cukup jauh. Akhirnya, belum pernah saya menduga sebelumnya, penjual dodol itu menurunkan harganya, bahkan ...

Penjual dodol : "Aduh, daripada saya bawa turun lagi dodol ini, sudah lah saya gratiskan
saja buat bapak ibu sekalian. Gratis, gratis ... siapa mau, silahkan bawa pulang, buat
oleh-oleh, gratis .. gratis !!!".

Tetapi kenyataan menunjukkan, tidak satupun penumpang yang merespon ucapan penjual dodol itu. Dengan putus asa, penjual dodol itu langsung minta bis untuk berhenti. Ia turun gontai mendapati nasibnya malam itu, "Ya Allah, Ya Robbiiii.... dikasih dodol gratis kok nggak
mau", katanya setengah menggerutu.

Saya lihat para penumpang saling berkomentar. Ada juga yang tertawa kecil, atau senyum senyum saja, mengiringi berlalunya penjual dodol di gelap malam jalur pantura itu.

Mungkin inilah, prestasi terburuk dalam kariernya sebagai seorang penjual dodol. Bukan semata karena tidak ada dodolnya yang terjual, tapi karena tidak satupun penumpang di bis itu yang berhasil ia yakinkan untuk membeli dagangannya.

Sejenak kejadian itu mengusik kantuk saya dengan pikiran-pikiran, "iya ya.. mengapa dodol murah nggak beli, apalagi dia bilang tadi dodolnya gratis, Ah.. sudahlah".

Inilah kejadian nyata dalam bis malam jakarta-pati, yang malam itu saya dan ayah saya
tumpangi.

Astaghfirullah ... Ya Allah. Jangan-jangan apa yang terjadi dengan penjual dodol itu, saat ini sedang terjadi juga dengan diri saya. Saya merasa bahwa saya masih dipercaya oleh teman-teman, merasa masih paling jujur diantara teman-teman, merasa masih mempunyai teman-teman yang menghargai saya, mempunyai harga diri yang tinggi, padahal mungkin yang terjadi sebaliknya.

Ya Allah .. aku berlindung kepadamu dari hal yang demikian.
Betapa seringnya diri ini melihat teman yang lain mempunyai sifat negatif. Saya lihat dia
sombong. Saya lihat dia suka berbohong, paling tidak memakai kata-kata yang 'bersayap', yang intinya adalah kebohongan juga. Saya lihat dia malas, tapi mengatakan diri seperti orang yang paling rajin. Saya melihat dia paling semangat menuntut hak dan diberi fasilitas, padahal sedikit yang telah dia perbuat. Saya lihat dan saya nilai dia ...

Astaghfirullah... Ya Allah ampunilah saya. Selayaknyalah saya mengarahkan pengamatan dan penilaian hal-hal tersebut, kepada diri saya sendiri.

"Orang yang paling beruntung adalah yang telah disibukkan dengan aib-aibnya sendiri, sehingga tidak sempat mengurusi keburukan orang lain", demikian nasehat dari Rasulullah.

Ya Allah .. jangan jadikan saya orang yang menyesal dikemudian hari, karena terlambat
memperbaiki diri.



--- dalam kenangan perjalanan pulang ke 'jawa' bersama ayah, di suatu masa.
Penjual Dodol Itu Tidak Dipercaya Lagi Penjual Dodol Itu Tidak Dipercaya Lagi Reviewed by anisvanjava on Juni 09, 2008 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.