Nasehat Dari Sebuah Kematian

Tadi malam saya diundang tetangga untuk acara 40 hari kematian. Beliau orang yang cukup kaya, dan bekerja sebagai pegawai pemda. Malam itu badan saya capek sekali, mata susah untuk diajak kompromi, sehingga sholat isya' pun hanya dengan setengah kesadaran.
Tetapi atas nasehat isteri saya, saya akhirnya berangkat juga.

Alhamdulillah. Saya sampai di rumah beliau.

Acara itu dihadiri oleh keluarga besar yang sebagian besar membawa mobil, sehingga malam itu gang didepan rumah penuh dengan mobil yang diparkir.

Ustadz yang memimpin acara do'a itu memberikan nasehat-nasehatnya tentang kematian.

"mayat yang banyak amal kebaikannya, ketika kerandanya diusung menuju pemakaman,
maka sang mayat akan mengucapkan ungkapan ketidaksabarannya, "cepatlah sampaikan
aku kepada balasan kenikmatan Allah yang sudah menunggu".


"tetapi jenazah orang yang banyak amal jeleknya, sang mayat akan berteriak dengan teriakan yang suaranya bisa didengar oleh seluruh makhluk Allah kecuali manusia, "aduh, celakalah aku. hendak dibawa kemanakah aku ini".

Masa itu, adalah masa yang sudah terlambat bagi siapa saja, karena kesempatan yang diberikan semasa di dunia sudah berakhir.
Bagi yang meyakini tentang adanya kehidupan kembali di akhirat setelah kehidupan yang pertama di dunia, maka kehidupan diakhirat lebih utama, lebih kekal dan abadi untuk diperjuangkan.

Keluarga beliau, didunia tidak kekurangan harta, sehingga kenikmatan duniapun sudah dirasakannya. Bagi yang diberikan Allah kehidupan nikmat di dunia, maka nafsu akan mengharapkannya untuk bisa hidup selamanya di dunia, karena keindahan di dunia tidak ada puasnya untuk dinikmati, tidak pernah ada cukupnya untuk diraih.

Tetapi, beliau diberikan kesempatan di dunia oleh Allah selama 55 tahun.
Berapa lama waktu yang kita kehendaki diberikan oleh Allah kepada kita di dunia
?
Sesungguhnya kehidupan akhirat lebih kekal.

---------
Dalam perjalanan pulang bersama mang andi, dia mengatakan ,"wah pada bermobil semua keluarganya. Tapi kalau sudah saatnya mati ya.. semuanya cuma jadi pajangan".

Benarlah itu semua.

Alhamdulillah,
malam itu saya mendapatkan nasehat tentang kematian.
Nasehat yang sangat berharga, lebih berharga dari berbagai macam kue, beberapa bungkus kopi, dua kilogram beras, satu bungkus sarung, satu liter minyak goreng, lima bungkus mi instan, setengah kilo gula pasir, dan buku yasin yang eksklusif, sebagaimana isi paket bingkisan yang saya bawa pulang.

Nasehat Dari Sebuah Kematian Nasehat Dari Sebuah Kematian Reviewed by anisvanjava on Juni 08, 2008 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.