Meski sedang dalam perjalanan jauh, namun masih teramat sayang untuk melewatkan ramadhan dengan tidak berpuasa. Jadi, berpuasa tidak menghalangi untuk tetap jalan-jalan, kan?
Atau jalan-jalan tidak menghalangi untuk tetap berpuasa, kan? Apalagi perjalanannya tidak menguras tenaga. Lapar dan haus masih bisa ditahan. Pakai pesawat yang ber AC, dan dikasih makanan yang bisa dibungkus untuk berbuka puasa nanti.
Sebentar juga udah nyampai supadio. Dan terik matahari ini seperti mengujiku. Pontianak panas. Oh, ya. Sudah pasti, karena matahari tepat berada di atas kepalaku. Ini khatulistiwa !
Aku lupa kapan terakhir aku menginjakkan kaki di supadio. Mungkin waktu masih ada adam air dulu itu. Dulu sempat ke tugu khatulistiwa, kali ini langsung ke Sanggau saja, dengan menggunakan travel.
Tapi, kok nggak datang-datang ya travelnya. Tunggu sebentar ya, barangkali sedang dalam perjalanan menuju kemari.
Enaknya kita tunggu di musholla yang di luar bandara sana. Kayaknya lebih leluasa.
Enaknya kita tunggu di musholla yang di luar bandara sana. Kayaknya lebih leluasa.
Tapi…
ternyata ada larangan di situ. Memang sih kami tidak tiduran, tetapi kan duduk-duduk juga di larang di tulisan itu. Jadi, akhirnya duduk di pinggir musholla saja yang nggak pas di depan tulisan itu. :-)
Untunglah nunggu travelnya nggak lama. Inova itu menjemput kami. Barang bawaan dinaikkan ke bagasi, dan semobil berempat termasuk sopir cukup lapang. Nah, kali ini pontianak terasa dingin kembali, karena mobilnya ber AC. :-D.
Selamat datang di pontianak, bumi khatulistiwa. Melewati Kapuas dan menyapa Ali Anyang yang berdiri mematung di sana. “Dia pahlawan dari kalimantan”, kata santoso sopir travel.
Saat ini kalimantan barat lagi musim pilkada, bentar lagi pilgub. Dan katanya, anaknya Ali Anyang ikut juga nyalonin jadi cagub.
Perjalanan ke Sanggau lancar. Mobil-mobil menuju malaysia lalu lalang di sini, mengingatkanku bahwa Sanggau itu dekat dengan perbatasan negara tetangga. Dan pemandangan yang kata Santoso lazim di sini adalah kemacetan truk. Lo, kemacetan kok lazim. Ya, truk-truk itu pada ngantri di SPBU buat ngisi solar. “Tuh, liat”.
Tapi macetnya nggak parah-parah amat kok. Cuman yang dari arah berlawanan itu kayaknya cukup merayap. Mungkin karena SPBU di sini jarang hingga numpuk truk-truk itu di SPBU sini, atau mungkin juga jumlah truk-truk serta mobil-mobil berbahan bakar solar di sini yang banyak. Antrian itu didominasi oleh mobil truk, bahkan hampir semuanya.
Jalanannya bagus. Halus. Santoso nyetirnya bisa ngebut. Sampai simpang tiga Tayan – Sosok, belok kiri mulailah jalanan bergelombang. Berlubang-lubang. Perbaikan jalan kayaknya sedang dilakukan, tapi di beberapa ruas jalan justru tumpukan material itu turut menghambat laju arus lalu lintas.
Masih perlu beberapa jam lagi untuk sampai Sanggau, tetapi waktu kayaknya sudah hampir maghrib. Perlu singgah sejenak untuk sekedar ta’jil. Dan rumah makan padang menjadi pilihan. Sepertinya ini lokasi yang menjadi singgahan para pelalu lintas setelah menempuh perjalanan jauh dari pontianak. Rumah makannya ramai, atau mungkin karena mereka juga sedang berbuka puasa. Mereka pada makan semua, anehnya ketika pelayan rumah makan ini ditanya,” sudah masuk waktu maghrib kah ini?'”. Mereka menjawab,” sudah kali, pak”. Waah.. kok pakai kali jawabnya kayak nggak pasti gitu. Oh.. ya ngliat azan di TV aja. Kemarin sempat lihat jadual imsakiyah kalbar nggak beda jauh sama WIB nya jakarta.
Menu prasmanan silahkan pilih. Teh hangat dulu membasahi tenggorokan. “Allahumma laka shumtu”.
Yang khas dari minuman teh di rumah makan ini adalah, Cangkirnya !
Kuperhatikan semua cangkir di sini nggak ada pegangannya. Sudah pada lepas semua. He.. Unik :-D.
Menikmati menu sambil ngobrol sana sini sama santoso sudah cukup memulihkan tenaga. Perjalanan dilanjutkan. Kali ini jalanan gelap. Jalan menuju sanggau menjelang malam. Beberapa daerah terlewati, sampai memasuki daerah yang cukup ramai pemukiman dan pertokoannya hingga terlihat cukup terang.
“Ini sudah masuk Sanggau, ya”, tanyaku.
“Belum, masih satu setengah jam lagi”, kata santoso.
Dan seperti yang ‘dijanjikan’ santoso, tibalah kami di Kota Sanggau.
“Ini jalan utama Sanggau, dan kalau kita berputar-putar keliling Sanggau, kita tidak akan tersesat”, kata santoso menjelaskan.
Grand narita hotel menjadi tempat pilihan kami menginap. Tak banyak yang dilakukan ketika badan sudah pada penat begini. Bersih-bersih badan dan santai saja. Ibadah ramadhan malam ini kunikmati dalam keheningan kota sanggau.
Dengan bekal makanan yang dibawa dalam perjalanan, sebetulnya sudah cukup buat makan sahur. Tetapi temenku memang rajin nyamperin buat nyari makan sahur. Dan ternyata warung makan solo juga tak jauh dari hotel, cukup jalan kaki saja. Menunya ayam goreng, tempe mendoan sahur kacang campur mie serta secangkir teh hangat. InsyaAllah hari ini tetap puasa !.
Betul juga kata santoso. Tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengelilingi kota sanggau. Menyusuri kapuas, mengunjungi istana surya negara dan masjid jami’ sultan ayub bisa dinikmati dengan leluasa karena jaraknya berdekatan.
Ngabuburit kali ini kami terdampar di Warung Bi Siti. Minuman yang khas dipesenkan oleh temenku. Es Lidah Buaya ! Tentu tanpa lidah dan tanpa buaya ;-)
Lebih dari cukup untuk sekedar ta’jil. Lagian sholat maghrib udah nunggu. Singgah dulu di musholla terdekat. Mushollanya Komplek Bina Marga. Yaah.. sholat maghrib barusan bubaran. Kita bikin jamaah sendiri aja. Karpet-karpetnya mulai digelar lagi buat tarawih. Maklum, awal ramadhan ini biasanya pengunjung masjid agak banyakan. :-)
Bagi yang suka begadang, di sanggau tersedia rumah makan begadang di jalan jenderal sudirman. He.. sebetulnya buat siapa aja sih, tidak hanya yang suka begadang. Tersedia berbagai pilihan menu di sini. Lidah jawa kayaknya cocok dengan menunya. Kebetulan namanya memang Rumah Makan Begadang. Ya, RM Begadang Dua.
Trus, yang satunya mana? Aku nggak tahu.
Yang pasti tak perlu sampai begadang kita berlama-lama di sini, karena besok kita harus kembali ke pontianak. Kalau ada ngrasa sesuatu yang ketinggalan, kayaknya itu adalah oleh-oleh deh ! :-). Jangan khawatir, kita cari di pontianak. Lidah Buaya adalah yang khas dari sini. Dan yang pasti ada tulisannya : Minuman Khas Kalbar !
Oke. Balik ke jakarta dulu, insyaAllah lain kali sambung lagi.
mercure Pontianak, Room 740
Pontianak – Sanggau 2012
Reviewed by anisvanjava
on
Juli 30, 2012
Rating:
Tidak ada komentar: