Prinsip teman saya adalah, “biarpun tidak berpenghasilan tetap, yang penting tetap berpenghasilan”. Jadi di manapun dan dari manapun sumber penghasilan itu, akan di jemput sepanjang hal itu halal. Bahkan kapan pun !.
Sehingga tidak mengenal jam kerja sebagaimana jam kerja kantoran. Kadang kerjaan sepi, kadang ramai bahkan sampai menumpuk di satu waktu dan tidak tertangani semuanya. Memang kalau bisa akan diambil semua peluang-peluang masuknya penghasilan itu karena lazimnya semakin banyak pekerjaan akan berbanding lurus dengan semakin banyaknya penghasilan pula.
Kelihatannya teman saya ini kerjanya enak, karena bisa menentukan sendiri kapan saatnya kerja dan kapan ia menghendaki libur. Tetapi sebaliknya teman saya melihat pekerjaan sayalah yang enak. Hari dan jam kerjanya sudah ditentukan begitu pula dengan hari liburnya. Sehingga tidak perlu mengejar order kerjaan. Dan yang pasti, “berpenghasilan tetap”, begitu katanya. Biasalah manusia saling ‘wang sinawang’, artinya saling melihat, pandang memandang satu dengan yang lainnya. Pada akhirnya marilah kita syukuri apa yang ada.
Ternyata istilah jam kerja ini tidak hanya dimiliki oleh seorang pegawai tetap yang bekerja berdasarkan hari kerja, tetapi profesi seperti tukang becak motor pun mengenal istilah ini. Setidaknya itulah yang saya temui di sini, di Baturaja.
Berbeda dengan daerah madura yang banyak angkot mobil carry nya, alat transportasi berupa angkot jarang ditemui di sini. Yang paling banyak adalah tukang ojek dan bentor atau becak motor. Karena sudah pernah mengalami lamanya menunggu bentor tidak ada yang lewat, maka ketika bertemu dengan tukang bentor kami langsung mencatat nomor HP nya untuk sewaktu-waktu di panggil. Dengan senang hati ia pun menyebutkan nomor HP nya.
Tetapi apakah gerangan jawabannya ketika hari minggu ia kami telpon?.
“Maaf pak, ini lagi bukan jam kerja. Jadi tidak beroperasi. Hari senin saja ya”.
Wow.. ternyata tukang bentor pun mengenal pula istilah bukan jam kerja.:-)
Sehingga tidak mengenal jam kerja sebagaimana jam kerja kantoran. Kadang kerjaan sepi, kadang ramai bahkan sampai menumpuk di satu waktu dan tidak tertangani semuanya. Memang kalau bisa akan diambil semua peluang-peluang masuknya penghasilan itu karena lazimnya semakin banyak pekerjaan akan berbanding lurus dengan semakin banyaknya penghasilan pula.
Kelihatannya teman saya ini kerjanya enak, karena bisa menentukan sendiri kapan saatnya kerja dan kapan ia menghendaki libur. Tetapi sebaliknya teman saya melihat pekerjaan sayalah yang enak. Hari dan jam kerjanya sudah ditentukan begitu pula dengan hari liburnya. Sehingga tidak perlu mengejar order kerjaan. Dan yang pasti, “berpenghasilan tetap”, begitu katanya. Biasalah manusia saling ‘wang sinawang’, artinya saling melihat, pandang memandang satu dengan yang lainnya. Pada akhirnya marilah kita syukuri apa yang ada.
Ternyata istilah jam kerja ini tidak hanya dimiliki oleh seorang pegawai tetap yang bekerja berdasarkan hari kerja, tetapi profesi seperti tukang becak motor pun mengenal istilah ini. Setidaknya itulah yang saya temui di sini, di Baturaja.
Berbeda dengan daerah madura yang banyak angkot mobil carry nya, alat transportasi berupa angkot jarang ditemui di sini. Yang paling banyak adalah tukang ojek dan bentor atau becak motor. Karena sudah pernah mengalami lamanya menunggu bentor tidak ada yang lewat, maka ketika bertemu dengan tukang bentor kami langsung mencatat nomor HP nya untuk sewaktu-waktu di panggil. Dengan senang hati ia pun menyebutkan nomor HP nya.
Tetapi apakah gerangan jawabannya ketika hari minggu ia kami telpon?.
“Maaf pak, ini lagi bukan jam kerja. Jadi tidak beroperasi. Hari senin saja ya”.
Wow.. ternyata tukang bentor pun mengenal pula istilah bukan jam kerja.:-)
BIL - Bukit Indah Lestari, Baturaja, Room #513.
Bukan Jam Kerja
Reviewed by anisvanjava
on
September 07, 2012
Rating:
Reviewed by anisvanjava
on
September 07, 2012
Rating:
Tidak ada komentar: