(Perusak) Komunikasi

Pada era masyarakat agraris (8000 SM-1700 Masehi) sudah ada proses komunikasi yang terjadi pada manusia.  Di mana pesan hanya terjadi dari mulut ke mulut dan tatap muka secara interpersonal. Selanjutnya pada masyarakat industri (1700-1970) teknologi dan proses komunikasi yang paling nyata ditandai dengan semakin cepatnya mobilitas manusia, barang maupun informasi. Tidak berbatas negara, tetapi juga terjadi antar negara dan benua.

alat komunikasi Sekarang eranya masyarakat informasi. Mobilitas informasi berjalan sangat cepat dengan tingkat efisiensi sangat tinggi melalui beberapa media koran, televisi, internet, HP, blackberry, dll. Silakan pilih media komunikasi yang dibutuhkan dan tinggalkan yang tidak diperlukan. Bila sepatah kata, tersenyum, menggelengkan kepala atau mengangkat bahu sudah cukup dimengerti  untuk menyampaikan pesan, buat apa menyibukkan diri dengan menulis email atau BBM an.

Posisi sebagai pengirim (sender) atau komunikator  merupakan pihak yang mengirimkan pesan kepada pihak lain mesti disadari dengan penuh tanggung jawab. Lihatlah orang-orang yang ‘terputus’ komunikasi dengan pihak di sekitarnya justru di saat ia sedang menggunakan alat komunikasi.  Diajak berbicara malah asyik main HP atau BB. Mungkin ia sedang pula asyik dengan HP_berkomunikasi dengan pihak yang ada di HP nya atau BB nya itu. Tetapi bukankah di saat yang sama ia sedang melakukan proses komunikasi dengan pihak yang ada di depan matanya?.  Bila ini hanya insidentil bisa dimaklumi tetapi bila sudah menjadi tabiat, waspadalah bahwa kerusakan proses komunikasi sudah dimulai. 

Bayangkan bila ini terjadi dalam kehidupan suami isteri. Sang suami yang baru bertemu dengan isterinya setelah seharian berada di luar rumah bermaksud mengajak komunikasi dengan isterinya, tetapi sang isteri sedang asyik sendiri dengan ‘alat komunikasinya’  yaitu HP atau BB.  Begitu pun sebaliknya, bila sang isteri dicuekin di saat curahan hatinya tertumpah kepada suaminya yang baru saja ada kesempatan untuk bertemu, tetapi sang suami malah sibuk dengan email di gadgetnya.

Selintas seperti terlihat serius ketika seorang peserta diskusi mengajukan pertanyaan kepada pembicara. Tetapi betapa terlihat ia tidak menghargai sang pembicara ketika jawaban diberikan kepadanya sedangkan ia malah khusyuk BBM an.

Dulu pak Harto sering terlihat menggunakan penerjemah ketika sedang berkomunikasi dalam pembicaraannya menerima tamu dari negara asing. Ketika sang tamu berbicara maka penerjemah serius  mendengarkan untuk kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa indonesia yang dimengerti oleh pak Harto. Karena pertemuan ini sejatinya adalah pembicaraan antara tamu negara asing dengan pak Harto, maka walaupun ada penerjemah, pak Harto pun terlihat serius mendengarkan, meski pada akhirnya penerjemahlah yang menyampaikan kembali kepada pak Harto. Pada lain kesempatan seorang pimpinan lembaga tinggi negara juga sedang terlihat menerima tamu negara asing. Yang terlihat jelas kejanggalannya adalah ia tidak menyimak apa yang disampaikan oleh tamu negara asing. Boleh jadi ia memang mengandalkan penerjemah untuk proses komunikasi tersebut. Tetapi dengan tidak memperhatikan teman komunikasinya, maka pembicaraan itu menjadi tidak akrab bahkan terlihat tidak sopan. Seorang tamu asing sedang berbicara menghadap kepadanya, tetapi ia justru menoleh ke kanan ke kiri, kemudian minum dan tidak memperhatikan sang tamu. Mungkin di lain waktu sang tamu berpikir untuk langsung bertemu dengan penerjemah saja, atau mengirimkan bahan pembicaraannya melalui email saja, daripada dicuekin.   Kan, itu juga komunikasi namanya ! :-)

Televisi merupakan media komunikasi yang efektif. Bahkan mempengaruhi stabilitas sebuah negara dengan informasi yang disampaikannya. Negara bisa stabil bisa pula guncang, terlebih sebuah rumah tangga yang menjadikan televisi sebagai kebutuhan dan bagian dari hidupnya. Sehari-hari tidak lepas dari televisi. Dalam hal durasi menonton tayangan televisi masyarakat indonesia satu jam lebih lama dibandingkan dengan masyarakat amerika. Dalam sehari warga amerika menonton televisi selama tiga jam, sedangkan warga indonesia menonton televisi per harinya rata-rata empat jam !.

Maka banyak kendala komunikasi antara suami dan isteri atau orang tua dan anak dalam  rumah tangga, yang disebabkan karena televisi ini. Sang isteri lebih senang ‘berkomunikasi’ dengan televisi dibanding bersambung rasa dengan suaminya. Sang orang tua kehilangan anak-anaknya di rumahnya sendiri karena ‘disandera’ oleh televisi, sedangkan ia perlu berkomunikasi dengan mereka. Maka terjadikan kerusakan komunikasi dalam rumah tangga.

Sekarang, apa saja alat komunikasi yang kita punyai. Apa saja media komunikasi yang akan kita pilih. Pergunakanlah dengan bijaksana dan bertanggungjawablah. Malu bila gagap teknologi, terlebih lagi bila hanya latah ikut-ikutan tren. Pergunakan yang dibutuhkan, dan tinggalkan kesia-siaan.

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ

“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat”
(HR. Tirmidzi).

 

September 2012, Ahriani Hotel, Bantaeng – Sulawesi Selatan, Room 107.

Ahriani Hotel Bantaeng Ahriani HotelBantaeng Ahriani Hotel Bantaeng Room 107

(Perusak) Komunikasi (Perusak) Komunikasi Reviewed by anisvanjava on September 22, 2012 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.