Bapak itu duduk satu bangku dengan saya dalam sebuah mobil perjalanan ke bandara.
Sebetulnya bukannya tidak saling mengenal, bahkan beliau pernah menjadi direktur saya dalam satu periode menjabat sebagai eselon II.
Hmm.. kalau anak buah pasti kenal direkturnya, tapi direktur yang mempunyai banyak anak buah, tidak mengenal satu-persatu anak buahnya. Apalagi hanya sekedar seorang pelaksana biasa.
Namun, karena waktu itu kami satu mobil -- bahkan satu bangku --, maka kami sering ngobrol tentang beberapa tema. Yang santai maupun yang serius.
Ditengah asyik-asyiknya ngobrol, tiba-tiba beliau mengingatkan kami, "eh..nanti kita buka puasa dimana?. Bisa jadi kita nanti masih dalam perjalanan lho, maghribnya. Kalian sudah bawa bekal belum?".
Cukup menarik memang, karena beliau menggunakan kata --kita--, yang saya tahu betul bahwa beliau seorang non muslim. Ataukah beliau juga sedang berpuasa? ..saya tidak tahu.
Alhamdulillah sampai di tujuan, waktu maghrib telah tiba, sehingga kami bisa berbuka puasa dengan bekal yang kami bawa dari pesawat. Kami yang sedang berbuka puasa, merasa tenang dan tidak terburu-buru, karena sikap yang ditunjukkan beliau sangat memberikan kesempatan kepada kami. Lagi pula beliau juga ikut makan dengan lahap bersama kami.
"Kalian kalau mau sholat dulu, silahkan", kata beliau.
Ups, kami merasa malu. Untuk sholat maghrib ini beliau mengingatkan kami lagi.
****
Pagi hari, ada yang mengetuk pintu kamar hotel saya. Saya kira pelayan hotel. Waktu itu saya sedang mau mandi, maka saya buka saja pintu itu dengan pakaian yang masih seadanya, muka ngantuk, dan rambut kusut.
"eh, kita ditunggu jam setengah sembilan lho, mau dijemput. Acaranya kan mulai jam sembilan", suara itu mengagetkan saya.
Kantuk saya jadi hilang. Ternyata beliau.
"iya pak, saya baru mau mandi sekarang".
"oke deh saya tunggu di lobi ya".
Beliau memang dikenal orang yang disiplin. Tapi untuk masalah jam kerja yang standar beginipun saya kalah disiplin dengan beliau, sampai beliau harus nunggu saya.
***
"tadi malam sahur dimana?". Lagi-lagi pertanyaan yang menurut saya istimewa, dari beliau.
"ada kok pak disediakan oleh hotel, kita dibangunkan jam tiga pagi".
***
Acara sosialisasi dimulai. Beliau sebagai keynote speaker. Ada nilai lebih dari apa yang beliau sampaikan. Banyak muatan nasehat dan penyadaran spiritual. Jadinya, mirip kayak kultum.
"kejadian yang baru saja terjadi, seharusnya membuat kita sangat bersyukur diberikan rezeki oleh tuhan, lebih dari apa yang diterima oleh saudara-saudara kita. Kita yang berpenghasilan lebih dari cukup, bahkan bisa cukup untuk menabung, tetapi ternyata ada juga saudara kita yang untuk mendapatkan uang 20 ribu saja sampai harus berebutan dan banyak yang meninggal dunia, karena rebutan zakat".
Ditengah beratnya pekerjaan yang terus dibebani target, 'tausiyah' beliau itu terasa menyejukkan.
Sekitar jam duabelas siang, beliau memoderasi acara itu
"kita akan istirahat sampai jam satu siang, untuk melaksanakan sholat isya, setelah itu kita kembali lagi ke ruangan ini".
Sholat isya?
he.. he .. he.. saya tertawa dalam hati. Peserta lainnya terlihat senyum-senyum.
Tidak ada komentar: