Perempatan pancoran beberapa hari ini, jam setengah lima sore pun sudah macet.
Biasanya kalau lagi nggak bulan puasa, jam lima kurang, juga masih lancar. Mungkin karena orang pada pingin cepet nyampai rumah untuk berbuka puasa bersama keluarga.
Tapi, pembicaraan tentang macet tidak lagi menarik bagi temen saya yang sore itu saya ikut mbonceng motornya. Dia terusik dengan pemandangan orang-orang yang lagi asyik makan dan minum dipinggir jalan itu. Mungkin dipikirannya, "enak banget orang ini, bulan puasa orang pada nahan lapar dan haus, dia malah makan minum dengan santai".
Akhirnya dia berkata "mas, sekarang orang sudah nggak malu-malu lagi ya untuk makan dan minum dipinggir jalan dengan terang-terangan di bulan puasa".
Saya kira pertanyaan ini tidak memerlukan jawaban. Makanya saya menjawabnya sambil bercanda aja "wah, malah bagus itu".
"bagus bagaimana? makan dan minum di bulan puasa kok bagus. harusnya malu dong", kata dia protes.
"ya, bagus. supaya bagi kita yang puasa, puasanya sekalian aja yang bener.
kalau puasanya nggak bener, sekalian aja nggak puasa. nggak usah malu-malu, kan banyak temennya tuh, yang pada nggak puasa.
jadi, kalau kita puasa niatnya karena malu sama orang kalau nggak puasa, atau
sekedar menggugurkan kewajiban, yah ... kurang bermutu.
apalagi sekarang orang-orang nggak pada malu kalau nggak puasa"
"berapa banyak orang yang berpuasa,
tiada yang didapatnya dari puasanya itu, kecuali lapar dan haus".
oke?
Tidak ada komentar: