Teman Saya Temannya Orang Sakti

Pesawat take off jam 21.00. Cek in di bandara satu jam atau setengah jam sebelumnya, berarti jam 20.00 atau 20.30 wib.

Kemarin waktu dari bandara ke malang, perlu waktu kurang lebih dua jam dengan perjalanan santai dan dengan pemberhentian yang cukup lama di rumah makan.

Maka kali ini kami dari malang jam lima sore, cukup aman untuk sampai ke bandara. Di perjalanan mampir ke rumah makan untuk berbuka puasa. Sekedar untuk ta'jil.

Menunya yang dicari adalah kolak segar.Tapi ada teman satu rombongan yang merasa penasaran karena sudah sampai di jawa timur kok tidak mencoba masakan rawon, maka segera minta diantar oleh pak sopir ke rumah makan yang terkenal dengan rawonnya. Kami mencari rumah makan tersebut.

Memang rawonnya cukup spesial, sebanding dengan rumah makan tersebut yang menurut penyajiannya diperuntukkan untuk menengah ke atas. Tapi bagi saya, terasa enaknya adalah karena lapar setelah seharian berpuasa. Ditambah segelas jus terong jepang, jadi tambah mantap rasanya. Santai.

Ngobrol ke sana ke mari. Sampai waktu menunjukkan pukul 19.00, kami masih santai.

Perjalanan kemudian dilanjutkan. Lalu lintas lancar, alhamdulillah.

Tapi, kejadian yang tidak pernah kami duga sebelumnya, terjadi. Sampai di porong, jalan dilokasi semburan lumpur sidoarjo, jalanan macet. Kendaraan tidak bergerak.

Sopir yang sepertinya sudah pengalaman dengan kondisi itu, segera memutar kendaraan. Berbalik arah, mencari jalan lain. Sampai beberapa kilometer, jalanan lancar. Tetapi mendekati pertemuan jalan dengan pusat semburan lumpur, jalanan kembali macet. Merayap.

Setelah satu jam jarak yang ditempuh kendaraan tidak berarti, kami mulai cemas. Jam 20.00 kami belum keluar dari kemacetan. Terbayanglah pada jam tersebut, di bandara para penumpang sudah mulai cek in. Rasanya kita akan ketinggalan pesawat.

Perasaan cemas tambah mencekam. Seorang direktur tak kuat menahan untuk buang air kecil. Akhirnya kencing berdiri di pinggir jalan.

Tiba tiba salah seorang diantara kami ada yang mengambil inisiatif untuk menelpon temannya.

"Halo,... Siapa ya, orang disurabaya ini yang sakti... Begini.. pesawat saya, jam sembilan ini terbangnya. Tapi kami ini baru sampai di porong. Macet sekali. Bisa nggak, pesawatnya ditahan dulu,... mudah-mudahan kami segera sampai".

**
Begitu keluar dari kemacetan, sopir langsung tancap gas. Saya lihat di speedo kecepatannya 120 - 140. Cukup memicu adrenalin saya.

Sampai dibandara, beberapa petugas berseragam lengkap menyambut kami. Mereka membawakan tas dan barang bawaan kami. Mereka mengawal kami melewati jalan yang tidak lazim dilewati, untuk menuju pesawat. Sampai di pesawat, pramugara dan pramugari menyambut kami. Sebelum sempurna saya duduk, mulai terdengar "para penumpang yang terhormat sesuai dengan peraturan keselamatan penerbangan internasional, berikut ini kami akan .... ".

Pesawat mulai berjalan.

"Hmmm....", saya mengatur napas.

Saya langsung teringat temannya teman saya yang sakti itu, sehingga maskapai nasional ini bisa 'menunggu' kami. Tapi, saya merasa berdosa. Pastilah ada yang dirugikan atau direpotkan karena hal ini.

Pikiran saya tiba-tiba dihentikan dengan tawaran keranjang permen didepan saya. Saya ambil permen.

Permen itu bertuliskan, "Tak ada yang tak mungkin jika kita berusaha"

Teman Saya Temannya Orang Sakti Teman Saya Temannya Orang Sakti Reviewed by anisvanjava on September 29, 2008 Rating: 5

1 komentar:

  1. bagi yang mengetahui nama direktur yang terkencing di pinggir jalan yang dimaksud. Hi.. hi.. hi..

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.