"Tadi ngeGrab ketemu pak itu lagi".
"Oo.. yg gemuk, hitam ya?. Dia kan anak angkatnya pak fulan."
"Pak fulan yang mana?".
"Itu yang suka mabok . Tinggal di gang belakang"
***
Ternyata seseorang sudah mempunyai ciri yang ditandai orang lain. Ciri yang melekat itu bahkan menjadi julukannya. Ada ciri dari fisiknya, ada ciri dari perilakunya, ada ciri dari harta yg dimilikinya. Ada yg dijuluki si dermawan, si pelit, si pekerja keras, si pemalas, si pembohong, yang pendek, yang tinggi, yang mobilnya merah, yang rumahnya bagus, dan sebagainya.
Disadari atau tidak, kita sudah mempunyai julukan di kalangan teman-teman sekolah kita, di antara teman-teman kantor kita, atau di antara tetangga-tetangga kita. Padahal kalau lulus kuliah kita juga dapat gelar akademis. Sarjana hukum, Master Bisnis atau Doktor Filsafat. Tapi gelar-gelar tersebut seringkali dikalahkan oleh julukan-julukan kita yang lebih melekat.
Coda deh sekali-sekali bertanya kepada mereka perihal kita di mata mereka. :-)
Lalu, mengapa mereka menjuluki kita seperti itu.
Para sahabat Rasulullah SAW juga banyak dikenal dari julukan dan akhlaqnya. Ada sahabat yang dermawan, sahabat yang gagah berani, sahabat yang lembut hatinya dan sebagainya. Bahkan Rasulullah juga dikenal sebagai Al Amin, yang dapat dipercaya. Sungguh predikat yang indah.
“Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘ Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan mengantarkan seseorang ke Surga. Dan apabila seorang selalu berlaku jujur dan tetap memilih jujur, maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai orang yang jujur . Dan jauhilah oleh kalian berbuat dusta, karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan seseorang ke Neraka. Dan jika seseorang senantiasa berdusta dan memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allâh sebagai pendusta (pembohong) .’”
Hadits Bukhâri (no. 6094)
Kita berlindung diri dari perilaku dusta, sehingga dikenal sebagai pendusta. Berlindung diri dari perilaku malas, sehingga dikenal sebagai pemalas. Juga berlindung diri dari perilaku bakhil, sehingga dikenal sebagai si kikir.
اللَّÙ‡ُÙ…َّ Ø¥ِÙ†ِّÙ‰ Ø£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†َ الْÙ‡َÙ…ِّ ÙˆَالْØَزَÙ†ِ ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†َ الْعَجْزِ ÙˆَالْÙƒَسَÙ„ِ ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†َ الْجُبْÙ†ِ ÙˆَالْبُØ®ْÙ„ِ ÙˆَØ£َعُوذُ بِÙƒَ Ù…ِÙ†ْ غَÙ„َبَØ©ِ الدَّÙŠْÙ†ِ ÙˆَÙ‚َÙ‡ْرِ الرِّجَالِ
"Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari rasa sesak dada dan gelisah, dan aku berlindung pada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung pada-Mu dari sifat pengecut dan kikir, dan aku berlindung pada-Mu dari belenggu hutang dan tekanan manusia"
"Fulan yang mana?"
"Itu lo yang ....
Kalau fulan itu nama kita, kira kira titik titiknya itu isinya apa?.
Orang lain bisa menilai kita berbeda-beda dan mencirikan kita berbeda-beda pula. Yang terpenting adalah : apa nilai dan ciri kita di hadapan Allah SWT ?
Menikmati semilir angin @Sinar Cendekia Boarding School, Telaga Sindur
Medio Desember 2018
Tidak ada komentar: